Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Pada Otak Saat Kita Tidur? Sains Menjawabnya

Kompas.com - 12/11/2017, 10:07 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com- Tidur menjadi kebutuhan penting untuk menyeimbangkan metabolisme di tubuh setelah seharian beraktifitas. Saat tertidur lelap, apa yang terjadi dengan otak kita? Apakah juga ikut tidur?

John Peever menjelaskan bahwa tidur sangat berguna untuk memulihkan kesegaran tubuh dan pikiran. Direktur Laboratorium Biologi Sistem Saraf di Universitas Toronto tersebut juga berpendapat, tidur mampu membersihkan memori-memori buruk di otak, dan memaksimalkan daya ingat saat belajar.

Bahkan, Peever menyebut, tidur baik untuk meningkatkan nafsu makan, suasana hati, serta libido.

Berdasar penelitian, di dalam otak kita terdapat dua variasi gelombang tidur yaitu, gelombang pelan atau sering disebut tidur lelap (SWS: Sleep-slow-wave sleep). Kemudian, yang kedua tidur bermimpi atau Rapid Eye Movement (REM).

Dikutip dari Scientific America, Selasa (1/9/2015), rata-rata, kita tidur dengan tipe terlelap atau SWS. Ini ditandai dengan gelombang otak yang besar dan lamban, otot yang rileks dan pelan, pernapasan dalam yang dapat membantu otak dan tubuh pulih kembali setelah seharian beraktifitas.

Baca Juga: Mengapa Kita Jangan Sampai Membangunkan Anjing yang Tidur?

Di saat tertidur dalam kondisi SWS, otak ternyata tidak otomatis berhenti bekerja. Otak hanya akan beristirahat. Sebaliknya, tidur yang diatur akan membuat otak "tidur" dalam tahap tertentu.

Secara teknis, rasa ingin tidur berawal dari bagian otak yang memproduksi SWS. Menurut para peneliti, SWS ini terjadi karena aktivitas dua kelompok sel yaitu; nukleus preoptik ventrolateral di hipotalamus dan zona "parafacial" di batang otak.

Kedua kelompok sel tersebut bisa memicu hilangnya kesadaran seseorang apabila terpicu suatu rangsangan. Setelah tertidur lelap, proses tidur bermimpi atau REM menyusul.

Peneliti menemukan hal yang menarik saat orang dalam kondisi bermimpi alias REM. Mereka mengatakan bahwa saat orang bermimpi, aktivitas otak sangat tinggi namun otot tubuh mulai melemah atau lemas.

Pernafasan serta detak jantung menjadi tidak beraturan saat bermimpi. Hal ini masih menjadi misteri bagi para ahli biokimia dan neurobiologi untuk mencari tujuan dari mimpi itu sendiri.

Selama ini, peneliti mengetahui bahwa terdapat kelompok sel di batang otak, yang disebut subcoeruleus nucleus atau inti subkoreulus yang mengendalikan mimpi. Apabila sel-sel tersebut mengalami masalah, orang tidak mengalami gejala fisik seperti digambarkan saat bermimpi. Saat itulah orang merasa mimpinya tidak tuntas atau berhenti begitu saja.

Baca Juga: Sains Ungkap Dampak Kurang Tidur pada Otak dan Mental

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau