KOMPAS.com -- Kepercayaan akan hal-hal yang berbau supernatural tampaknya tidak bisa dipisahkan dari manusia.
Benjamin Radford, seorang penulis buku, detektif paranormal, dan editor majalah Skeptical Inquirer, pernah berkata bahwa ketika manusia belum mengerti mengapa matahari terbit dan tenggelam setiap hari, mereka mengira ada kereta besar yang menarik matahari ke surga.
Lalu, sebelum sains modern muncul, orang-orang yang tidak memahami bagaimana penyakit bisa menular dan kekeringan terjadi menganggapnya sebagai kutukan mistis.
Hal ini pun masih berlanjut hingga sekarang, seperti yang terjadi pada 2005 ketika seorang pengkhotbah di televisi yang bernama John Hagee menyalahkan parade gay atas terjadinya badai topan Katrina yang melanda Amerika Serikat.
Baca juga : Hantu Itu Tidak Ada, Ini Buktinya Menurut Pakar Fisika...
"Saya yakin bahwa dosa-dosa orang di New Orleans sudah membuat Tuhan murka dan kita harus menanggungnya," kata Hagee mengulanginya kembali pada tahun 2006.
Bagaimana bisa demikian?
Sebelum Anda menyalahkan fenomena ini pada kurangnya edukasi, perlu diketahui bahwa latar belakang pendidikan bukan indikator akan kepercayaan paranormal seseorang.
"Orang bergelar Ph.D sama mungkinya dengan lulusan SMA untuk percaya akan Bigfoot, monster LochNess dan hantu," kata Rod Stark, anggota dari Asosiasi Sosiolog Baylor.
Sebaliknya, sejumlah peneliti yang mempelajari topik ini justru percaya bahwa pada dasarnya, manusia ingin percaya sesuatu.
Baca juga : Pengalaman Keluar dari Tubuh Bukan Mistis, Sains Menjelaskannya
Brian Cronk, seorang psikolog dari Universitas Missouri Western State, meyakini bahwa penyebabnya berada pada otak kita.
Otak kita selalu mencoba mencari jawaban dari sesuatu yang terjadi, mencari alasan mengapa hal itu terjadi, dan di saat buntu, cenderung membuat penjelasan yang terkesan mengada-ada.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Christopher Bader dari Asosiasi Sosiolog Baylor dan rekannya, Carson Mencken. Ketika suatu hal menjadi sangat sulit untuk dipastikan, hal berbau supernatural akan menjadi yang pertama digunakan oleh manusia untuk menjelaskan sesuatu.
"Yang berubah isinya. Misalnya, saat ini sangat sedikit orang yang percaya akan adanya peri, tetapi sebagai gantinya orang percaya akan UFO," kata Bader, seperti yang dikutip oleh Live Science.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.