Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/10/2017, 16:06 WIB
Lutfy Mairizal Putra,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com –- Anda tentu pernah merasakan saat cuaca panas rasanya sangat lelah, bahkan mengantuk. Apalagi saat musim kemarau atau matahari sedang tepat di atas kepala.

Tidak dipungkiri, panas matahari adalah berkah. Akan tetapi, butuh tenaga ekstra untuk menikmatinya dibandingkan cuaca yang lebih sejuk.

Baca juga: Cuaca Panas Berisiko Tingkatkan Kanker Kulit, Ini Kata Dokter

 

Pasalnya, kepasanan dapat membuat tubuh lebih cepat lemah dan lesu, hingga berujung pada kantuk.

Panas bikin lelah

Dr Michele Casey, direktur medis regional Duke Health di Carolina Utara, Amerika Serikat, mengatakan, alasan di balik kelelahan karena panas matahari cukup sederhana.

Tubuh manusia bekerja lebih keras untuk menjaga suhu di dalam tubuh tetap dingin. Akibatnya, tubuh menjadi lebih cepat lelah dari biasanya.

Ketika dilanda panas, tubuh melebarkan pembuluh darah atau yang dikenal dengan vasodilatasi.

Hal ini memungkinkan lebih banyak darah mengalir di dekat permukaan kulit untuk meredam panas di permukaan. Inilah mengapa kulit memerah ketika kepanasan.

Selain itu, tubuh juga akan mengeluarkan keringat yang bertugas mendinginkan kulit. Untuk melakukan pekerjaan ekstra ini, jantung pun bekerja lebih dari biasanya.

Baca juga: PBB Peringatkan Gelombang Panas dan Kebakaran Hutan Perburuk Polusi Udara

Panas bikin ngantuk

"Semua pekerjaan itu - meningkatkan detak jantung Anda dan tingkat metabolisme Anda - membuat Anda merasa lelah atau mengantuk," kata Casey.

Dilansir dari Live Science 14 Agustus 2017, sinar matahari yang menerpa kulit akan menyebabkan perubahan pigmen, keriput, dan luka bakar.

Saat kulit terbakar, tubuh mengangkut cairan dari bagian lain ke area yang terbakar untuk penyembuhan.

Maka, tubuh menjadi kekurangan cairan dan berujung pada lebih cepat kelelahan.

"Perubahan kimiawi ini menyebabkan kelelahan karena tubuh Anda sedang memperbaiki kerusakan," kata Casey.

Oleh karena itu, Casey pun menganjurkan untuk tidak menenggak minuman beralkohol yang dingin untuk menurunkan suhu tubuh. Sebab, alkohol bersifat diuretik yang justru akan meningkatkan dehidrasi.

Baca juga: Gelombang Panas Ekstrem Akan Lebih Sering Terjadi, Apakah Dunia Siap?

 

Cara terbaik menghadapi cuaca panas

Solusi terbaik adalah menenggak air dan makan makanan ringan rasa asin.

Jika mengalami gejala kepanasan akut, seperti keringat banyak, nadi berdenyut cepat, dan hendak pingsan; Casey mengarankan Anda untuk segera menemui dokter.

"Jika itu terjadi, kami sarankan Anda ke tempat yang sejuk, minum air putih, dan menemui dokter jika gejalanya tidak membaik dalam waktu sekitar satu jam," kata Casey.

Sementara itu, sengatan panas (heat stroke), yakni ketika suhu tubuh menjadi 57,7 derajat celcius, adalah kondisi yang lebih serius. Untuk menangani kondisi ini, dibutuhkan perawatan darurat untuk mencegah kerusakan pada otak, jantung, ginjal dan otot.

Gejalanya meliputi suhu tubuh tinggi, mual, muntah, sakit kepala dan perubahan perilaku, seperti kebingungan, agitasi atau iritabilitas. Gejala lainnya adalah samar bicara, kejang atau koma.

Baca juga: Apakah Dampak Gelombang Panas Laut terhadap Kehidupan Bintang Laut?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com