Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panda Raksasa dari China Bakal Jalani Karantina, Kenapa?

Kompas.com - 28/09/2017, 17:37 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sepasang giant panda (Ailuropoda melanoleuca) bernama Cai Tao (jantan) dan Hu Chun (bentina) tiba di Indonesia pada Kamis (28/9/2917).

Kedua panda itu dipinjamkan pemeritah China dengan tujuan pengembangbiakan (breeding loan).

Persetujuan breeding loan merupakan tindak lanjut nota kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemrintah China, serta kerjasama business to business antara PT Taman Safari Indonesia (TSI) dengan China Wildlife Conservation Association (CWCA) pada 1 Agustus 2016 lalu.

Usai mendarat di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Cai Tao dan Hu Chun akan menjalani proses karantina di TSI selama satu bulan.

Hal itu bertujuan untuk membuat pembiasaan panda menjalani habitat barunya.

Direktur Taman Safari Indonesia, Jansen Manangsang mengatakan, karantina dilakukan untuk memerika kesehatan panda.

Karena datang dari negara lain, bukan tidak mungkin panda mengidap penyakit tertentu semasa dalam proses pembiakan.

Recheck apa dia bawa penyakit atau tidak. Kita akan lakukan pemeriksaan dasar,” kata Jansen.

Baca Juga: Benarkah Panda Bisa Dirangsang dengan Film Porno?

Pemeriksaan semasa karantina antara lain adalah pengecekan urin kedua panda, kesehatan jantung, darah, gigi, dan feses.

Selain itu, pasangan panda berumur 7 tahun ini akan menjalani sejumlah latihan seperti makan dengan posisi duduk.     

Sementara itu, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamana Hayati Hewani, Kementerian Pertanian, Mulyato mengatakan, dokter khusus telah disiapkan selama masa karantina.

Sejumlah dokter juga ikut mengikuti perkembangan kesehatan panda sebelum diterbangkan ke Indonesia.

“Ini karena eksotis ya, hewan yang langka bagi Indonesia. Kami selalu mempelajari masalah penyakit apa saja yang kemungkinan terbawa oleh panda itu,” kata Mulyanto.

Mulyanto menjelaskan beberapa penyakit kemungkinan terbawa dalam tubuh panda. Salah satunya adalah rabies.

Selain itu, Mulyanto mengatakan, dari sejumlah referensi yang menyebut terdapat kemungkinan adanya sirosis hati dan salmonella.

“Selama satu bulan kami amati. Jangan sampai membawa penyakit dari negara asalnya. Dipastikan dia sehat sehingga tidak menularkan kepada hewan lain. Jadi kalau hewan begini sudah diobservasi. Sudah di cek jangan sampai ke sini bawa penyakit itu,” kata Mulyanto.

Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengatakan, timnya akan terus meminta laporan dan mengamati perkembangan panda selama di Indonsia.

Sebagai kerjasama konservasi antar dua negara, nama baik Indonesai dipertaruhkan bila terjadi sesuatu terhadap hewan ikonik negara tirai bambu.
“Monitoring dan proses pembelajarannya harus kita ikuti.

"Reporting dari saat ini sudah dipantau bersama kita. Jadi semua satwa itu kan milik negara. Kita harus mengawasi. Termasuk etika dan animal hebavior,” kata Wiratno.

Baca Juga: Mengapa Penis Tak Bertulang? Sains Ungkap Jawabannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau