Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala LAPAN Yakini Hujan Satu Rumah hanya Rekayasa

Kompas.com - 05/09/2017, 08:03 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Akhir bulan Agustus 2017, tepatnya pada Sabtu (26/8/2017), fenomena unik terjadi di Jakarta: hujan mengguyur satu rumah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Momen itu diabadikan dan diunggah oleh akun Twitter Febrina Stevani @febicil.

Menanggapi kejadian ini, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin angkat bicara. Melalui akun Facebook miliknya pada Senin (4/9/2017), Thomas memberikan penjelasan kepada masyarakat.

Thomas mengatakan, tak ada penjelasan ilmiah terhadap fenomena hujan satu rumah yang berlangsung selama enam jam.

(Baca juga: Menalar Hujan Satu Rumah di Tebet)

Dalam rentang waktu tersebut, masyarakat bisa melihat kondisi langit. Caranya pun mudah. Lihatlah rumah sekitar dan tempat turunnya hujan dari langit dengan menggunakan senter. Butiran hujan akan terlihat dengan jelas bila terpapar cahaya.

“Saya tetap berpendapat itu hujan rekayasa, bukan hujan alami,” kata Thomas.

Thomas menjelaskan, butiran hujan jatuh ke permukaan tanah dari awan dengan ketinggian sekitar dua kilometer. Dengan demikian, menjadi mustahil bila air hasil kondensasi “pilih kasih” dengan hanya berkunjung ke satu rumah. “Paling kecil area hujannya mencakup puluhan meter. Umumnya hujan ringan,” ucap Thomas.

Selain itu, Thomas juga merasa heran dengan lamanya waktu curah hujan. Pemilik rumah, Muzakir, berkata bahwa hujan berlangsung selama enam jam. Namun, peristiwa itu tak mengundang keramaian masyarakat.

Febrina mengunggah videonya pada 26 Agustus 2017 pukul 5.33 WIB, sedangkan berita pertama yang menggunakan rekaman Febrina dibuat pada 28 Agustus 2017 pukul 13.14. Jika hujan itu benar terjadi, peristiwa “aneh” itu terlalu lama untuk diketahui publik.

“Kalau benar itu terjadi, pasti jadi tontonan orang sekampung dan media akan datang. Waktu enam jam cukup untuk menyebarkan informasi fenomena langka yang pasti jadi perhatian publik,” kata Thomas.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau