KOMPAS.com – Belum semua pengetahuan tentang dinosaurus terungkap. Penguasa bumi jutaan tahun lalu itu masih menyisakan banyak misteri yang menarik untuk dipelajari.
Baru-baru ini,peneliti menemukan fosil dinosaurus Chilesaurus diegosuarezi di Chile selatan dan mereka pun bingung.
Pasalnya, ciri fisik dinosaurus seukuran kuda nil ini berbeda dari kebanyakan dinosaurus pada umumnya.
Hewan itu punya ciri Theropoda yang merupakan karnivora layaknya T rex. Tapi, pinggulnya seperti burung dan gigi datarnya yang berbentuk daun menunjukkan ciri herbivora.
Chilesaurus juga memiliki lengan depan yang pendek seperti karnivora allosaurus. Namun bukan cakar tajam, melainkan jari pendek yang tak cocok menjadi karnivora.
Baca Juga: Ilmuwan Terkejut, Ada Dinosaurus Mirip Kasuari
Peneliti menduga, chilesaurus adalah ornithischia awal yang menandai terbelahnya dua garis besar dinosaurus: karnivora dan herbivora.
Dilansir dari Newsweek pada Selasa (15/8/2017), sejak muncul pada 230 tahun yang lalu dinosaurus terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan struktur pinggulnya.
Ornithischia - istilah Yunani yang berarti "burung berpinggul" - memiliki struktur pinggul bercabang empat dengan tulang kemaluan yang mengarah ke bawah. Hewan ini menjadi nenek moyang burung modern.
Saurischia, atau "kadal berpinggul", punya pinggul bercabang tiga dengan tulang kemaluan mengarah ke atas. Dia merupakan nenek moyang reptil modern seperti buaya.
Sedangkan, Theropoda seperti Tyrannosaurus dan Velociraptor menjadi subdivisi Saurischia.
Untuk mengungkap misteri chilesaurus, Matthew Baron, ahli paleontologi dari Universitas Cambridge dan profesor di Natural History Museum di London, Paul Barrett menganalisis lebih dari 450 fitur anatomi dinosaurus awal.
Baca Juga: Dinosaurus Terbesar, Bobotnya Setara 12 Gajah
Dari risetnya, Baron, Barret dan David Norman, ahli paleontologi di University of Cambridge, mengusulkan sebuah divisi baru antara saurischia dan ornithoscelida.
Dinosaurus ornithischia seperti Triceratops dan makhluk theropoda seperti tyrannosaurus kemudian akan digolongkan di bawah kelompok yang lebih luas.
Studi tersebut disambut baik oleh sejumlah peneliti. Namun, sikap skeptis juga datang dari sejumlah peneliti yang meragukan garis evolusi tersebut.
"Ini hanya satu analisis, dan banyak penelitian baru-baru ini menemukan kelompok yang lebih tradisional," kata Steve Brusatte, ahli paleontologi di University of Edinburgh. "Saya pikir standari [untuk menerimanya] harus tinggi."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.