Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangi Zika, Perusahaan Saudara Google Ini Lepaskan 20 Juta Nyamuk

Kompas.com - 19/07/2017, 22:09 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Verily, anak perusahaan dari Alphabet yang juga orangtua Google, sedang melepaskan 20 juta nyamuk di California, Amerika Serikat. Perusahaan yang bergerak di bidang sains kehidupan tersebut ingin melawan Zika dan demam berdarah menggunakan nyamuk yang telah diinfeksi bakteri hingga steril.

Dikenal dengan nama sterile insect technique (SIT), metode pengontrolan populasi serangga secara biologis ini bukan hal baru di dunia sains.

Pada tahun 1954, teknik tersebut telah digunakan untuk memunahkan Cochliomyia dari pulau Curacao. Keberhasilan tersebut kemudian disusul dengan berbagai program lainnya, termasuk penghapusan lalat buah, lalat tsetse, dan ngengat kaktus.

Namun, proyek Verily ini adalah percobaan lapangan SIT terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

(Baca juga: Bukan Singa, Bukan Ular, Inilah Hewan Paling Mematikan di Dunia)

Diumumkan pada bulan Oktober 2016, Verily berkata bahwa untuk melaksanakan insiatif ini, mereka menciptakan sebuah robot dan alogaritme yang mengembangbiakkan sebanyak 1 juta nyamuk setiap minggunya di laboratorium. Setelah itu, nyamuk jantan diinfeksi dengan bakteri Wolbachia yang membuat mereka steril.

Verily juga menekankan bahwa mereka telah menggunakan prosedur seleksi kelamin otomatis yang akan memastikan bahwa hanya nyamuk jantan yang dilepaskan di California. Sebab, nyamuk jantan tidak menggigit manusia dan ketika berpasangan dengan betina, telur yang mereka hasilkan tidak akan bisa tumbuh dan menetas.

Proses seleksi kelamin yang telah diotomatisasi tersebut juga akan membantu mempercepat pelepasan nyamuk dalam jumlah besar.

Insinyur senior Verily, Linus Upson, mengatakan, jika kita benar-benar ingin membantu manusia secara global, maka kita harus bisa memproduksi banyak nyamuk, mendistribusikan ke tempat di mana mereka seharusnya berada, dan mengukur populasinya dengan biaya yang sangat-sangat rendah.

Linus lalu berkata bahwa bila percobaan lapangan ini berhasil, maka percobaan berikutnya akan dilaksanakan di Australia pada akhir tahun ini. “Kita ingin menunjukkan bahwa (metode) ini bisa bekerja di berbagai lingkungan,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com