KOMPAS.com — Google Doodle menampilkan gambaran evolusi manusia pada Selasa (24/11/2015). Logo Google pun menjadi bernuansa zaman batu. Kalau kursor komputer diarahkan ke sana, keterangan "ulang tahun ke-41 Lucy" akan muncul.
Klik saja logo tersebut dan pencarian akan muncul dengan kata kunci "siapakah Lucy si Australopithecus?"
Hasil pencarian akan membawa Anda ke masa jutaan lalu. Lucy adalah sebutan untuk sebuah fosil manusia purba yang hidup 3,3 juta tahun lalu.
Lucy boleh dibilang menjadi fosil yang membuka tabir kehidupan. Harian Kompas edisi Sabtu, 23 September 2006, pernah mengetengahkan tulisan tentang penemuan Lucy berjudul "Fosil Pembuka Tabir Kehidupan, Temuan Terbaru tentang Nenek Moyang Manusia di Afrika".
Berikut laporannya:
Fosil bayi yang mirip manusia, berumur 3,3 juta tahun, ditemukan oleh para ahli di wilayah Dikika, Ethiopia. Fosil berjenis kelamin perempuan itu disebut Australopithecus afarensis, berasal dari spesies yang pernah ditemukan pada tahun 1974.
Diyakini, penemuan ini bisa segera mengungkap tabir sejarah kelahiran manusia. Kerangka bayi ini sebenarnya mulai ditemukan pada tahun 2000, tetapi dalam posisi terkunci di dalam gumpalan padat bebatuan bercampur pasir. Diperlukan waktu sekitar lima tahun untuk mengeluarkan kerangka itu dari dalam tanah.
Penemuan yang kemudian diungkapkan dalam majalah Nature edisi pekan ini menunjukkan, penemuan fosil Australopithecus ini tergolong jarang. Namun, ia berasal dari spesies sama yang pernah ditemukan di Hadar, juga di Etiopia, tahun 1974.
Seperti dikutip BBC News, fosil mirip manusia dewasa yang ditemukan tahun 1974 itu kemudian disebut sebagai "Lucy". Karena itu, mereka menamakan penemuan kali ini sebagai "anak si Lucy". Di mata para ilmuwan, hingga lebih dari 20 tahun, Lucy tetap dianggap sebagai pendahulu makhluk yang disebut manusia.
"Fosil Dikika ini sangat memungkinkan untuk membuka tabir tentang Australopithecus afarensis dan kelahiran awal makhluk hominin karena bukti-bukti fosilnya justru tidak di sana," kata Zeresenay Alemseged, ilmuwan dari Institut Max Planck bidang antropologi evolusioner di Leipzig, Jerman, yang memimpin penggalian tersebut.
Dr Jonathan Wynn dari Universitas St Andrews, Inggris, menambahkan, dari sedimen yang mengelilingi, fosil Dikika diperkirakan berumur 3,3 juta tahun.
Dalam penggalian yang memakan waktu lima tahun itu, para ilmuwan menemukan kerangka tengkorak dan batang tubuh yang masih lengkap, serta bagian terpenting dari kepingan anggota badan bagian atas dan bawah.
Berusia tiga tahun
Melalui CT scan (pemindaian dengan sistem tomografi komputer), mereka menemukan gigi yang belum tumbuh dan masih "terpasang" sempurna di rahang. Dengan seluruh data itu, para ahli memperkirakan, ketika meninggal, si "bayi" fosil berumur sekitar tiga tahun.
Namun, yang lebih mengherankan, tulang-tulang lunak, seperti tulang leher atau lidah, bisa tersimpan dengan aman di Dikika. Tulang belulang dari bagian leher ini bisa mencerminkan bagaimana pita suara terbentuk dan jenis suara yang dihasilkan.