Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Abad Masih Tak Bisa Satukan Tanggal Hari Raya?

Kompas.com - 04/10/2014, 22:06 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian umat Islam di Indonesia telah melaksanakan shalat Idul Adha pada Sabtu (4/10/2014). Kritik soal perbedaan hari raya ini mewarnai salah satu khutbah salat Id, yaitu di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan.

"Sudah 14 abad dan masih tak bisa menentukan satu kalender (hari raya) yang sama?" ujar khatib shalat Id di masjid itu, Jimly Asshiddiqie, Sabtu pagi. Perbedaan pelaksanaan shalat Idul Adha ini tetap harus dihormati, kata dia, tetapi penyatuan kalender Islam pun harus tetap menjadi pemikiran.

"Al Azhar biasanya mengikuti ulul amri, pemerintah. Namun, untuk Idul Adha ini sulit kita ikuti karena kita semua tahu bahwa di Makkah sudah wukuf kemarin (Jumat, 3/10/2014)," papar anggota dewan pembina Masjid Agung Al Azhar ini. "Aneh kalau di Makkah dua hari lalu wukuf dan kita baru melaksanakan shalat sunnah Idul Adha," imbuh dia.

Menurut Jimly, cara penentuan kalender hari raya berupa rukyat dan hisab adalah semata cara dan bagian dari dakwah. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu pun berpendapat sekarang sudah banyak kemudahan untuk membuat satu panduan yang sama terkait ibadah dan keumatan ini.

Tak ada lagi persoalan jarak

"(Sekarang) generasi Samsung, Ipad, tidak seperti dulu. Kalau dunia Islam mau, gampang sekali menentukan kiblat (sebagai patokan penentu waktu)," kata Jimly. "Apa yang terjadi di sana, itulah cara penentuan kalender Islam," lanjut dia dalam khutbahnya.

"Mari kita mencatat ini sebagai pelajaran. Satu sisi mari bersatu dalam perbedaan, tetapi di sisi lain kita butuh persatuan. Kita mulai dari hal sepele, dari kalender. Jangan kalau mau bikin acara berantem karena beda tanggal," papar dia.

Selepas khutbah, Jimly menegaskan kembali bahwa pelaksanaan shalat Idul Adha di Masjid Agung Al Azhar ini merupakan hasil musyawarah para pengurus masjid. "(Kami) bukan NU (Nahdlatul Ulama), bukan Muhammadiyah," tegas dia.

Jimly menegaskan kiblat umat Islam itu masjidil haram dan Makkah. "Dan (wukuf) itu kemarin. Jarak (waktu di Makkah) dengan Indonesia hanya 6 jam. Ini harus jadi koreksi," tegas dia. "Dunia Islam harus berkiblat ke Kabah. Sekarang tak ada persoalan jarak, hanya berbeda jam."

Inisiasi OKI

Selisih waktu antara Makkah di Arab Saudi dengan Waktu Indonesia Barat, merujuk kesepakatan Greenwich Mean Time (GMT) hanya 4 jam. Tepatnya, Makkah adalah GMT+3 dan WIB GMT+7. Pemerintah Arab Saudi menetapkan 1 Dzulhijah 1435 Hijriah adalah bertepatan dengan Kamis (25/9/2014).

Dengan penetapan 1 Dzulhijah 1435 H tersebut, maka wukuf di Arafah yang menjadi puncak ibadah haji pada 9 Dzulhijah 1435 adalah bertepatan dengan 3 Oktober 2014. (Baca: Wukuf 3 Oktober, Tahun Ini Haji Akbar).

"Saya sarankan dunia Islam, dalam hal ini Organisasi Konferensi Islam, mengambil prakarsa kemungkinan penyatuan kalender Islam," lanjut Jimly. Sekalipun perbedaan tetap harus dihormati dan toleransi juga mutlak dibangun, kata dia, penentuan awal kalender dengan metode rukyat, hisab, maupun turunannya tetap hanya cara dan metode.

Tiga tanggal beda

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Ilustrasi pengamatan hilal: Tim Lakjnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meneropong untuk melihat rukyat hilal di Jakarta, Senin (8/7/2013). Hasil rukyat hilal ini untuk menetapkan 1 Ramadhan 1434 H.
Pada 2014 atau 1435 H, umat Islam di dunia melaksanakan shalat Idul Adha pada tiga tanggal yang berbeda, yaitu 4, 5, dan 6 Oktober 2014. Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Susiknan Azhari, menulis artikel tentang ini dalam judul "Idul Adha 1435 H dan Konsistensi Sistem Kalender Islam", yang antara lain diunggah lewat laman Facebook-nya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com