Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi pada Indonesia bila Seluruh Es Kutub Meleleh?

Kompas.com - 08/11/2013, 11:51 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Es di kutub utara dan selatan mencakup 10 persen dari permukaan Bumi. Jumlah es diperkirakan mencapai 5 miliar kubik. Apa yang terjadi pada dunia, khususnya Indonesia, bila seluruh es tersebut meleleh?

National Geographic membuat sebuah peta interaktif. Peta memperlihatkan bahwa ketika seluruh es meleleh, permukaan laut akan semakin tinggi, banyak daratan hilang, pegunungan jadi pulau, dan manusia bakal merugi.

Di peta wilayah Asia, bisa dilihat dampak melelehnya es kutub pada Indonesia. Terlihat, garis pantai lebih menjorok ke dalam. Artinya, daratan Indonesia akan berkurang secara signifikan dan berubah menjadi lautan.

Dapat dilihat pula, wilayah laut Indonesia menjadi lebih "bersih". Artinya, banyak pulau-pulau di Indonesia yang akan hilang tenggelam. Wilayah Kalimantan sendiri akan kehilangan banyak daratan, membuat Indonesia kehilangan banyak wilayah hutan.

Dampak yang bisa dibayangkan, banyak spesies eksotik di Indonesia, seperti harimau sumatera, orangutan sumatera dan Kalimantan, serta banyak lagi, akan terganggu. Banyak masyarakat adat yang bergantung pada hutan akan semakin sulit untuk hidup.

Peta juga memperkirakan apa yang akan terjadi pada wilayah Asia lain. Delta Sungai Mekong akan tergenang. Dampaknya, wilayah China, India, dan Banglades akan banjir. Sebanyak 760 juta populasi, berdasarkan hitungan saat ini, akan dirugikan.

National Geographic Peta menunjukkan apa yang akan terjadi pada Eropa bila semua es kutub meleleh. London bakal tinggal kenangan.

Di wilayah Eropa, diperlihatkan bahwa dengan melelehnya seluruh es, London hanya akan menjadi kenangan. Begitu juga dengan Venesia, Belanda, dan Denmark. Di Amerika Utara, dampaknya ialah wilayah San Francisco yang akan menjadi kluster pulau.

Ilmuwan memperkirakan, mungkin butuh waktu lebih dari 5.000 tahun bagi semua es untuk meleleh. Namun, bila manusia terus memakai bahan bakar fosil dan beraktivitas seperti biasa hingga menambahkan triliunan ton karbon ke atmosfer, Bumi akan makin panas dan es meleleh cepat.

Bumi terakhir mengalami masa yang sangat panas dan bebas es pada 34 juta tahun lalu, zaman Eocene. Jika gas rumah kaca di atmosfer terus bertambah, bukan tidak mungkin masa itu terulang kembali.

Untuk wilayah Antartika Barat saja, sejak tahun 1992, es sudah meleleh. Laporan National Geographic menyatakan bahwa jumlah es yang meleleh sekitar 65 juta metrik ton. Es di Greenland juga dilaporkan meleleh signifikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com