Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI Mengukuhkan Dua Profesor Riset Baru

Kompas.com - 21/08/2013, 17:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengukuhkan dua profesor riset baru pada Rabu (21/8/2013). Mereka adalah Prof Dr Iskandar Zulkarnain dari Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI dan Prof Dr Silvester Tursiloadi M Eng dari Pusat Penelitian Kimia LIPI.

Kedua profesor riset menyampaikan orasi ilmiah terkait bidangnya masing-masing. Iskandar menyampaikan orasi ilmiah dalam bidang geologi dan geofisika berjudul "Geokimia Batuan sebagai Jendela Proses Geologi Masa Lalu dan Lentera Pemandu Penemuan Endapan Logam".

Iskandar menyatakan bahwa riset geokimia batuan, yakni suatu pendekatan berbasis data kimia untuk identifikasi jenis batuan berdasarkan komposisi kimia yang dimilikinya, berpotensi untuk mengungkap sejarah geologi masa lalu.

"Dengan demikian, sejarah geologi wilayah tersebut akan dapat diketahui dan direkonstruksi," ujarnya.

Penelitian panjang yang Prof Dr Iskandar lakukan pada batuan-batuan vulkanik di Pulau Sumatera, mulai dari Provinsi Lampung di selatan hingga Provinsi Sumatera Utara, mengungkap fakta menarik mengenai pemahaman geologi di pulau ini.

"Selama ini orang menganggap Pulau Sumatera adalah sebuah material yang homogen bersifat benua. Karena itu mereka menganggap jika Sumatera adalah bagian tepi dari benua Eurasia," katanya.

Penelitian yang dilakukan Iskandar menunjukkan fakta berbeda. "Sumatera dibentuk oleh dua buah segmen yang berbeda karakter. Sebelah barat berkarakter busur kepulauan, yakni karakter yang terbentuk karena tabrakan samudera dengan samudera, sedangkan sebelah timur bersifat kontinen (benua)," tambahnya.

Iskandar juga memaparkan bahwa riset geokimia juga berguna untuk memandu manusia menemukan endapan logam secara lebih efektif sehingga menghemat waktu, usaha, dan biaya.

Iskandar menyatakan, geokimia batuan memungkinkan manusia menemukan endapan logam hanya dengan menggunakan sistem sampling tanpa perlu melakukan eksplorasi detail terlebih dahulu.

Jika hasil analisis menunjukkan adanya potensi logam pada tempat ditemukannya batuan tersebut, maka eksplorasi dapat dilanjutkan. Sebaliknya, jika ternyata wilayah itu tidak berpotensi, maka lokasi tersebut dapat ditinggalkan untuk menemukan lokasi lain yang lebih berpotensi.

Sementara itu, Silvester menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Nanoteknologi untuk Sintesis Katalis Aerogel Mesopori".

Material mesopori adalah salah satu jenis material berpori yang memikiki karakteristik menarik dan bisa diaplikasikan dalam banyak bidang. Material berpori adalah material nano yang rasio luas permukaan atau volumenya bisa naik berlipat-lipat, baik diaplikasikan sebagai katalis.

Material mesopori seperti aerogel mempunyai banyak keunggulan dibanding material berpori lain, mikropori dan makropori. Materi ini punya luas permukaan yang besar, yaitu bisa lebih dari 1000 m2/gr, porositas terbuka dari 80 hingga 99,9 persen dengan ukuran pori-pori 10-20 nm.

Aerogel juga memiliki konduktivitas terendah jika dibandingkan dengan material manapun, yakni di bawah 100 meter per detik, tiga kali lebih rendah dari kecepatan suara yang mencapai 343 meter per detik. Bahkan material ini dikatakan memiliki berat hanya tiga kali lipat dari berat udara.

"Dengan sifat-sifat yang menarik itu, aerogel dapat digunakan dalam berbagai bidang seperti elektronik, kedokteran, farmasi, konstruksi, tekstil, keramik, energi, industri makanan, katalis, badan mobil, kapal laut, kapal terbang, kendaraan luar angkasa, dan lain-lain," ungkap Silvester.

Prof Dr Lukman Hakim, kepala LIPI sekaligus Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset, menyatakan, Iskandar dan Tursiloadi adalah profesor riset ke 408 dan 409 dari total lebih kurang 8200 peneliti di Indonesia. Sementara bagi LIPI, mereka secara berturut-turut adalah profesor riset ke 106 dan 107 dari total peneliti LIPI yang berjumlah 1525 orang. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com