Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiamat 2012, Isu Petaka dari Antariksa

Kompas.com - 13/12/2012, 06:55 WIB

Oleh M Zaid Wahyudi

KOMPAS.com - Untuk meyakinkan adanya kiamat 2012, para penggagas isu meramu berakhirnya periode 13 baktun kalender Perhitungan Panjang Maya dengan berbagai fenomena astronomi. Sejumlah peristiwa antariksa yang lumrah terjadi diolah menjadi kejadian luar biasa yang dikatakan bisa memicu kehancuran Bumi.

Pada 21 Desember, hari yang oleh pencetus isu kiamat dianggap hari akhir, Matahari terletak di rasi Sagittarius. Jauh di belakangnya, ada pusat Galaksi Bimasakti yang memiliki lubang hitam bermassa 4 juta kali massa Matahari.

Kesegarisan Bumi, Matahari, dengan pusat Galaksi ini dituding akan mengoyak Matahari dan anggota Tata Surya lain. Gaya pasang surut dari pusat Galaksi dianggap akan makin besar karena Matahari sedang di bidang Galaksi.

Posisi Matahari yang mengarah ke pusat Bimasakti adalah nyata. Ini adalah peristiwa rutin yang terjadi tiap 21 Desember. Kondisi ini tak berubah, meski Matahari terus berputar mengelilingi pusat Galaksi selama 250 juta tahun. Bukan hal istimewa.

”Arah Bumi ke pusat Galaksi tidak menimbulkan masalah apa-apa. Itu hanya orientasi arah,” kata dosen struktur galaksi Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, M Ikbal Arifyanto, Selasa (4/12/2012).

Dalam astronomi, pusat Bimasakti masih merupakan daerah ”abu-abu”, posisi pastinya belum dapat ditentukan. Pusat Bimasakti diyakini berada di daerah Sagittarius A*. Jika diteropong dalam panjang gelombang visual, wilayah ini hanya daerah gelap, tapi memancarkan gelombang radio sangat kuat.

Lubang hitam memang akan menarik benda-benda dalam batasan jarak tertentu. Matahari berjarak sekitar 30.000 tahun cahaya (285.000 triliun kilometer) dari pusat Bimasakti. Kini, Matahari berumur 5 miliar tahun dan tetap ada di posisinya, tak tersedot lubang hitam.

Matahari juga sedang tidak di bidang Galaksi. Bambang Hidayat dalam ”Kosmophobia 2012: Satu Tilikan Astronomi Menyatakan bahwa Apokaliptika Tidak Akan Terjadi pada Tahun 2012” di jurnal Sosiohumanika Volume 3 Nomor 1 Tahun 2010 menyebut, Matahari pada 21 Desember 2012 berada pada jarak 100 tahun cahaya dari bidang Galaksi. Terakhir, ia melewati bidang itu 3 juta tahun lalu.

Matahari sedang bergerak ke utara (atas piringan Galaksi), menuju titik terjauhnya. Ia akan kembali melintasi bidang Galaksi pada 10 juta tahun mendatang. Kalaupun Matahari ada di bidang Galaksi, dampak gaya pasang surut pusat Galaksi terhadap Matahari hanya sebesar tumbukan nyamuk ke manusia.

Tumbukan

Isu lain yang mengiringi kiamat 2012 adalah tertabraknya Bumi oleh Planet X dan Planet Nibiru, dua planet rekaan.

Ian O’Neil dalam 2012: No Planet X di situs universetoday.com, 25 Mei 2008, menyatakan, Planet X adalah istilah untuk menamai benda langit seukuran planet yang diduga ada. Obyek yang sempat dinamai Planet X antara lain Pluto yang ditemukan pada 1930. Pluto diduga ada karena memicu gangguan orbit Neptunus.

Pencarian Planet X kini lebih diarahkan pada benda-benda seukuran Pluto. Ia diperkirakan ada di Sabuk Kuiper, wilayah Tata Surya setelah Neptunus antara 30-50 Satuan Astronomi (jarak Matahari-Bumi). Selain Pluto, obyek yang ditemukan di daerah ini antara lain Orcus, Quaoar, Eris, dan Sedna.

Istilah Nibiru muncul dalam buku The Twelfth Planet karangan Zecharia Sitchin, 1976, yang dianggap sebagai karangan imajinatif berdasar teks kuno bangsa Sumeria (Irak) 6.000 tahun lalu. Nibiru adalah planet yang dikendarai alien (makhluk asing) Annunaki untuk mengunjungi Bumi. Annunaki memodifikasi primata Bumi jadi manusia guna mengurus Bumi. Ia diramalkan kembali ke Bumi pada 2012 dan mencipta teror.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com