Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takbir Gempa Penjaga Hayat Aceh

Kompas.com - 14/04/2012, 05:22 WIB

Oleh Ahmad Arif dan Agung Setyahadi

Sebelum petaka 26 Desember 2004, masyarakat Aceh umumnya belum mengenal istilah tsunami. Mereka tak mengira sehabis gempa, air laut bisa menghantam daratan. Padahal, ratusan tahun silam, cendekiawan Aceh telah menuliskan pesan seputar gempa melalui manuskrip kuno.

Ketika laut surut sesaat setelah gempa pada Minggu pagi akhir 2004, orang Aceh ramai mencari ikan di pantai. Sebagian lagi menonton tanpa sadar bahwa tsunami mengancam jiwa mereka.

”Sebelum 2004 tidak ada pembelajaran mengenai gempa dan tsunami,” kata Hermansyah, filolog muda dari Fakultas Adab, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Banda Aceh. Ketiadaan pengetahuan tentang gempa dan tsunami membuat warga tak bersiaga.

”Padahal, Aceh sebenarnya menyimpan banyak naskah tua yang mengabarkan kejadian gempa dan tsunami pada masa lalu,” kata Oman Fathurahman, Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Sayangnya, naskah ini hanya disimpan, tidak diajarkan.

Pada 2006, Oman menemukan catatan tangan di sampul sebuah manuskrip asal abad ke-19 di Zawiyah Tanoh Abee, Aceh Besar. Catatan dalam bahasa Arab itu menyebutkan, pernah terjadi gempa besar untuk kedua kali pada pagi hari Kamis, 9 Jumadil Akhir 1248 Hijriah atau sekitar 3 November 1832.

Angka tahun 1248 Hijriah atau 1832 Masehi ini menjadi sangat menarik karena berdasarkan sejumlah catatan penjelajah Barat, gempa dan tsunami pernah melanda pantai barat Sumatera pada 24 November 1883.

Sebelumnya, pada 2005, Oman juga menemukan naskah takbir gempa yang tersimpan di Perpustakaan Ali Hasjmy, Banda Aceh. Naskah anonim itu dibuat abad ke-18, tiga abad sebelum tsunami melanda Aceh.

Kolega Oman di Aceh, Hermansyah, juga menemukan Naskah Gempa dan Gerhana Wa-Shahibul dalam kitab Ibrahim Lambunot, koleksi Museum Negeri Aceh. Naskah itu menyebutkan tentang smong yang terjadi pada 1324 H atau 1906 M.

Smong adalah bahasa Simeulue yang berarti ’naiknya air laut setelah gempa’. Di Pulau Simeulue, pengetahuan tentang smong ini masih lestari dan terbukti menyelamatkan warga saat tsunami 2004.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau