”Beberapa hari lalu bunga rafflesia di Taman Nasional Kerinci Seblat mekar. Namun, perambahan hutan di taman nasional itu sangat mengkhawatirkan kelangsungan habitat bunga rafflesia,” kata ahli konservasi tumbuhan, Prof Ervizal AM Zuhud, dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Senin (18/4).
Taman Nasional Kerinci Seblat berada di empat wilayah provinsi, yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kawasan taman nasional ini berada di Pegunungan Bukit Barisan Selatan bagian tengah pulau Sumatera seluas 1.368.000 hektar.
Bunga rafflesia memiliki sedikitnya 27 spesies. Salah satunya, spesies Rafflesia arnoldi yang diperkirakan tanaman asli wilayah Bengkulu. Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993, Rafflesia arnoldi ditetapkan sebagai puspa langka, diikuti penetapan lain, yaitu melati sebagai puspa bangsa dan anggrek bulan sebagai puspa pesona.
Ervizal mengatakan, pelestarian bunga rafflesia mempersyaratkan pelestarian hutannya. Pemerintah didesak untuk memprioritaskan penyelamatan hutan sebagai habitat bunga itu.
Secara terpisah, peneliti bunga rafflesia dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sofi Mursidawati, mengatakan, upaya mencari teknik budidaya bunga rafflesia masih terus diupayakan.
”Kami mengembangkan salah satu spesies rafflesia dari Pangandaran, Jawa Barat, tetapi belum sepenuhnya bisa dikatakan berhasil menemukan teknik budidayanya,” kata Sofi.
Menurut dia, ada karakter biologis yang belum sepenuhnya bisa diungkap dari berbagai spesies bunga rafflesia. Begitu pula untuk mengetahui cara perkembangbiakannya.
Rafflesia merupakan tumbuhan parasit yang menumpang di pohon inang. Menurut Sofi, Rafflesia arnoldi di Bengkulu memiliki inang pohon liana dari genus Tetrastigma. Perambahan hutan menyebabkan pohon liana makin langka.