Jakarta, Kompas -
Hal ini disampaikan pakar astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, pada hari Minggu (2/5).
Kesimpulan awal ini akan didiskusikan bersama hari ini (Senin) dengan melihat hasil penelitian yang diperoleh tim dari Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sampel yang disimpan oleh Puslabfor juga akan diteliti oleh tim Lapan.
”Penelitian lebih saksama di lokasi juga akan dilakukan lagi untuk menemukan sisa meteorit, baik dalam keadaan utuh maupun terpecah, serta meneliti jenisnya,” kata Thomas.
Sisa-sisa yang masih harus ditemukan itu akan dicari lagi di dekat tembok belakang rumah yang terkena benda angkasa itu.
Pada analisis pola kerusakan yang terjadi, meteorit jatuh dari arah barat daya kemudian menghantam tembok bagian barat atau bagian belakang lantai dua rumah itu. Tumbukan tersebut menyebabkan plafon rumah berlubang.
Kerusakan yang terjadi di dalam rumah tersebut, menurut Thomas, merupakan efek dari ledakan yang ditimbulkan oleh tumbukan meteorit pada bagian atap.
Efek ledakan ini terjadi karena adanya tekanan udara yang ditimbulkan oleh tingginya kecepatan meteorit yang mencapai lebih dari 100.000 kilometer per jam dan bersuhu tinggi hingga ratusan derajat celsius.
Melihat barang-barang yang terlempar dan meleleh serta hangus, diduga pusat ledakan berada di bagian tengah rumah. Transfer energi yang tinggi membuat barang yang terbuat dari plastik meleleh dan berkeriput.