JAKARTA, KOMPAS.com -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi penyakit yang sulit diketahui kemunculannya. Yayasan Jantung Indonesia menyebut hipertensi sebagai suatu penyakit yang diam-diam membunuh atau silent killer.
Kardiologis Dr Siska Suridanda Danny, SpJP, FIHA, mengatakan, diagnosa hipertensi sebenarnya tidak sesulit penyakit tidak menular lainnya seperti diabetes melitus.
"Mendignosa darah tinggi lebih gampang kalau dibadingkan mendiagnosa diabetes," katanya dalam diskusi di Yayasan Jantung Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Siska menuturkan, diagnosa diabetes dilakukan melalui pengukuran kadar gula darah. Walau dapat diukur melalui alat yang lebih kecil, tetapi tetap harus dilakukan uji laboratorium.
Sementara itu, diagnosa hipertensi jauh lebih mudah. Pasien cukup membalutkan lengan kirinya dan menungu beberapa saat untuk mengetahui tekanan darah.
"Kita hanya perlu alat tensi meter. Dari angka yang didapat, kita sudah bisa menggolongkan apakah orang tersebut darah tinggi apa tidak," ujarnya.
Meski demikian, Siska menilai kesadaran masyarakat untuk memeriksa kesehatannya tergolong rendah. Penderita hipertensi baru mendatangi dokter saat keluhan dirasakan.
"Kalau sudah ada keluhan itu artinya sudah hipertensi. Harusnya dapat tekanan darah dapat dikontrol terlebih dahulu," ucapnya.
Selain itu, citra yang terbentuk di masyarakat terhadap hipertensi tidak begitu mengerikan bila dibandingkan dengan penderita diabetes melitus. Padahal, hipertensi menjadi salah satu risiko utama penyebab kematian pada tahun 2013.
"Kalau data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2013, hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Diabetes peringkatnya nomor lima," kata Siska.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.