Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setiap 30 Detik, Satu Anak Meninggal karena Pneumonia

Kompas.com - 18/11/2016, 08:15 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga saat ini, pneumonia masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita. Berdasarkan data UNICEF, ada 5,9 juta anak di bawah usia lima tahun yang meninggal dunia tahun 2015.

Dari jumlah tersebut, 15 persen atau 920.136 anak meninggal karena pneumonia. Dengan kata lain, ada lebih dari 2.500 balita per hari yang terinfeksi pneumonia.

"Data menunjukkan, setiap 30 detik, seorang anak usia kurang dari lima tahun meninggal karena pneumonia," ujar dokter spesialis respirasi anak, Prof. dr. Cissy Kartasasmita, SpA (K) dalam diskusi memeringati Hari Pneumonia Sedunia di Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Cissy menjelaskan, pneumonia adalah penyakit infeksi utama pada balita yang menyerang paru-paru. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri streptococccus pneumoniae. Kasus pneumonia menjadi masalah di negara maju dan khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sementara itu, Kasubdit ISPA Kementerian Kesehatan, dr Christina Widaningrum, Mkes mengungkapkan, Indonesia berada di urutan ke-10 terbanyak untuk angka kematian pneumonia.

Berdasarkan laporan rutin puskesmas tahun 2015, ditemukan 554.650 kasus pneumonia. Tahun 2016 ini, hingga bulan September terdapat 289.246 kasus pneumonia di Indonesia.

Adapun laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, ada lima provinsi di Indonesia dengan kasus pneumonia tertinggi pada balita, yaitu NTT (38,5 persen), Aceh (35,6 persen), Bangka Belitung (34,8 Persen), Sulawesi Barat (34,8 persen), dan Kalimantan Tengah (32,7 persen).

Christina atau yang akrab disapa Ning mengatakan, deteksi dini dan melakukan pencegahan sangat penting untuk menurunkan kasus pneumonia. Tahun ini, Hari Pneumonia yang jatuh setiap tanggal 12 November pun mengangkat tema Gerakan Hitung Napas Balita Batuk.

"Hitung napas itu salah satu cara deteksi. Setiap anak mulai batuk, coba hitung napasnya. Perhatikan, anak sesak atau tidak," kata Christina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau