Anjuran pemerintah agar masyarakat tidak keluar dari rumah saat gerhana matahari total terjadi pada hari itu ternyata juga dilakukan oleh keluarga Cendana.
Siti Hediati Hariyadi atau akrab disapa Titiek Soeharto mengingat bahwa pada hari gerhana matahari total terjadi itu, seluruh keluarganya berkumpul di rumah, tak terkecuali Presiden kedua RI Soeharto dan Ibu Tien.
(Baca: Gerhana Matahari Total dan Paranoia Penguasa Orba)
Sejumlah ahli, kata dia, memang sejak jauh-jauh hari menginformasikan kepada Soeharto adanya bahaya gerhana matahari total yang bisa menimbulkan kebutaan.
Politisi Partai Golkar ini menduga, teknologi yang saat itu belum canggih membuat para peneliti itu salah kaprah soal fenomena gerhana matahari total.
Alhasil, 33 tahun silam, keluarga Cendana beserta banyak keluarga Indonesia lainnya melewatkan sebuah fenomena alam yang menakjubkan.
Pada hari itu, puluhan peneliti asing berbondong-bondong datang ke Indonesia hanya untuk menyaksikan gerhana matahari total yang disebutkan terindah dari yang pernah ada di dunia.
Lantaran adanya kekeliruan informasi pada tahun 1983 itu, Titiek pun tak mau mengulangi kesalahan yang sama pada tahun ini.
(Baca: Catat, Ini Waktu Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di 8 Kota Indonesia)
Pada 9 Maret 2016, saat gerhana matahari total kembali menyapa Indonesia, Titiek mengaku tak mau melewatkan fenomena alam itu.
Jika tak memiliki kesibukan lain, dia berencana menyaksikan gerhana matahari total dari Palembang.