Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa ITS Kembangkan Alat Pemungut Sampah Otomatis

Kompas.com - 20/01/2016, 06:36 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menciptakan alat pemungut sampah otomatis. Alat yang diberi nama Water Crap Remover (WCR) akan mendeteksi sampah di permukaan perairan, kemudian memungutnya.

"Awalnya, saya melihat banyaknya sungai yang seharusnya berfungsi sebagai penampung air, tetapi beralih menjadi penampung sampah. Hal inilah yang menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi kami," kata salah seorang mahasiswa yang menciptakan WCR tersebut, Arsyad Bunyanuddin, di Surabaya, Selasa (19/1/2016).

Alat pembuang sampah otomatis (WCR) tersebut dianugerahi juara I dalam Innovative Design Exhibition (IDE) 2015 untuk kategori Otomasi Industri (OTI) di ITS.

Lebih lanjut, Arsyad mengatakan, alat WCR ini bisa menjadi solusi pembuang sampah secara otomatis agar tidak ada lagi sampah yang menggenangi danau, selokan, sungai, ataupun laut.

"Berawal dari kegelisahan melihat lingkungan danau di ITS yang kurang terawat, saya bersama tim mengembangkan alat WCR ini. Danau di ITS banyak yang kurang sedap dipandang karena sampah menggenang di atasnya," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, ia bersama timnya menciptakan alat yang diharapkan agar semua pihak, baik mahasiswa, staf, dosen, maupun karyawan, mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kolam bersih dan indah.

"Cara kerja alat ini adalah mendeteksi sampah yang jatuh ke permukaan kolam dengan menggunakan sensor inframerah, selanjutnya dikonversikan menjadi sinyal untuk menggerakkan swiper atau penyapu," katanya.

Menurut dia, WCR terdiri atas tiga swiper, yakni swiper utama yang berada di tengah dan berfungsi menyapu atau mengarahkan sampah ke swiper lain di pojok alat, dan swiper lain yang berfungsi untuk mengarahkan sampah menuju swiper pembuang.

"Pembuang sampah ini nantinya akan mengangkat sampah, lalu membuangnya ke luar kolam secara otomatis sehingga sampah akan terkumpul di tepi kolam dan mudah diambil untuk dibersihkan," tuturnya.

Arsyad mengatakan, meski alat ini tergolong sederhana dalam cara kerja, ia meyakini bahwa justru di situlah letak keunggulannya. Ia pun berencana mematenkan alat ini sebelum dikomersialkan.

"Kelebihan WCR sangat mudah untuk dipahami sehingga dengan mudah orang akan menggunakannya. Namun, alat ini juga mempunyai kelemahan karena komponennya belum bekerja secara maksimal akibat keterbatasan dana," ujarnya.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Oh Begitu
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Oh Begitu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Oh Begitu
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Oh Begitu
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Fenomena
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Fenomena
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Oh Begitu
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Kita
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Fenomena
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
Oh Begitu
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Kita
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau