Konsep pencegahannya melalui penggunaan penyaring untuk menahan partikel berbahaya PM10 masuk ke dalam rumah, penggunaan senyawa basa agar bisa bereaksi dengan SO2 dan NO2 yang banyak terdapat di udara, serta penggunaan alga untuk menghasilkan oksigen.
Penyaring yang digunakan bisa berupa filter akuarium. Bahan itu bisa dibeli dengan harga hanya Rp 15.000 per meter. Bila sulit mendapatkannya, filter akuarium bisa diganti dengan kelambu yang dilipat sehingga lebih rapat ataupun kain berbahan katun.
Filter, kain, atau kelambu digunakan untuk menutup ventilasi atau bagian lain dalam rumah yang langsung kontak dengan udara luar. "Konsep filter di sini sebenarnya bukan menyaring, melainkan menahan partikel berbahaya sehingga tidak masuk ke dalam rumah dan terhirup," ungkap Zeily saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/10/2015).
"Filter tadi hanya menahan partikel. Senyawa berbahaya masih bisa masuk. Makanya, perlu kapur. Kapur bisa bereaksi dengan NO2 menjadi nitrat. Bisa juga bereaksi dengan SO2 menjadi sulfat. Jadi, bisa mengubah senyawa yang berbahaya," ungkap Zeily.
Untuk membantu suplai oksigen di dalam rumah, Zeily menyarankan untuk menumbulkan alga dalam air di akuarium. "Kalau tidak ada akuarium, bisa juga memakai ember. Asal alganya bisa tumbuh. Alga ini akan mengikat karbon dioksida dan menghasilkan oksigen," ujar Zeily.
Zeily mengatakan, dia sudah menyosialisasikan idenya ke sekolah di Padang baru-baru ini. Dia berharap, warga lain yang terdampak asap kebakaran hutan bisa mengadopsi solusinya. Menurut dia, solusinya murah dan mudah diaplikasikan.