Baca: Benda Asing Jatuh dari Langit dan Meledak di Pedalaman Bengkulu
Hingga kini, identitas benda yang meledak itu masih misterius. Namun, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin meyakini bahwa benda itu adalah meteorit.
"Ketika menerima informasi tentang benda tersebut, kami di Lapan lalu menyelidiki kemungkinan adanya sampah antariksa yang jatuh. Tetapi, ternyata tidak ada sampah antariksa yang melewati daerah itu. Jadi kami menduga benda itu adalah meteorit," kata Thomas.
Meteorit adalah batuan antariksa yang telah mencapai bumi. Meteorit bisa berasal dari batu-batu asteroid yang berserakan di antariksa.
Thomas mengungkapkan, benda yang meledak di Bengkulu kemungkinan berukuran kecil. Hal itu bisa dilihat dari ledakan dan getaran yang ditimbulkan. "Tidak sampai menimbulkan gelombang kejut seperti di Chelyabinsk, Rusia, pada tahun 2013 lalu," ungkap Thomas.
Baca: Meteor Rusia, Obyek Terbesar Seabad Terakhir
Bongkahan batu yang mengakibatkan ledakan di Rusia diperkirakan berukuran 17 meter. Sementara benda yang meledak di Bengkulu kemungkinan hanya berukuran 1 meter.
Thomas mengungkapkan, untuk memastikan bahwa benda yang jatuh merupakan meteorit, perlu dicari bekas tumbukannya. "Ada getaran berarti benda itu menumbuk permukaan bumi. Kita bisa mencari lubang bekas tumbukannya," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (27/10/2015).
Peristiwa ledakan dan getaran akibat benda antariksa tergolong sering. Ditaksir, total berat batuan antariksa yang masuk ke bumi setiap tahun mencapai 25.000 ton.
Di Indonesia, ledakan disertai getaran dan gelombang kejut akibat benda antariksa pernah terjadi di Bone pada tahun 2009. Kala itu, kaca jendela penduduk bisa sampai bergetar. Thomas memprediksi, ukuran batuan yang meledak di Bone waktu itu sekitar 10 meter.
Baca: Ledakan Meteor Pernah Terjadi di Bone
Ledakan dan jatuhnya benda antariksa ke bumi kerap tidak disadari karena banyak terjadi di wilayah yang tak berpenduduk atau di tengah lautan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.