Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencumbu Warna ala "Mata Super", Berani Coba?

Kompas.com - 16/10/2015, 10:03 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com
– Bayangkan Anda sedang duduk santai di beranda rumah sambil memandangi rangkaian bunga mawar merah jambu dalam vas. Apa saja yang Anda lihat?

Kebanyakan orang akan melihat warna merah muda mawar atau hijau daunnya saja. Namun, tidak demikian di mata Concetta Antico.

Bagi perempuan tersebut, ada kilauan warna keemasan dan biru langit bercampur warna merah muda pada mawar yang sama. Antico juga menangkap tambahan warna magenta di ujung daun mawar, berpadu dengan warna toska di beberapa bagian lain.

"Ketika lampu membuat bayangan di dinding, saya melihat warna violet, lavender, dan toska. Anda mungkin hanya melihat warna abu-abu," tutur dia seperti dikutip Kompas.com, Minggu (19/4/2015).

Kemampuan penglihatan seperti Antico ini disebut tetrakromatik. Kondisi genetik langka tersebut membuat matanya 100 kali lipat lebih sensitif mengenali warna dibanding mata manusia pada umumnya.

Sebenarnya, kemampuan "mata super" semacam ini bukan hal aneh pada hewan. Burung, misalnya, biasa memilih pasangan berdasarkan perbedaan warna tipis yang tak kasat bagi mata manusia. Pun demikian bagi serangga ketika mereka memilih hinggap di bunga tertentu. 

Namun, pada manusia kondisi ini hanya dimiliki sekitar satu persen penduduk dunia. Lalu, apa yang membuat mata seperti milik Antico berbeda? 

Mata memiliki sensor untuk mengenali warna, yaitu sel kerucut. Kebanyakan manusia memiliki tiga jenis sel kerucut atau trikromatik, yang sensitif terhadap warna biru, hijau, dan merah. Percampuran tiga warna ini memungkinkan manusia melihat ragam warna lain. 

Adapun mata Antico memiliki empat jenis sel kerucut sehingga lebih sensitif terhadap percampuran warna. Misalnya, warna hijau pada umumnya dikenali sebagai perpaduan antara kuning dan biru. Nah, orang-orang seperti Antico juga bisa menemukan sentuhan biru dan kuning tersebut pada warna hijau. 

"Saya melihat corak yang lebih bernuansa dan banyak warna pada penerangan redup," ucap Antico. Berkat "mata super" itu, sejak kecil Antico terbiasa melihat dunia dari sudut pandang unik.

Orangtua Antico yang menyadari bakat ini kemudian memperkenalkan seni lukis padanya. Pada usia 7 tahun, dia sudah mampu melukis ulang karya-karya Van Gogh, Cezanne, dan Monet dengan cat minyak.

Hingga kini, Antico masih aktif sebagai instruktur seni sambil terus melukiskan warna dunia berdasarkan apa yang dia lihat. Sekarang dia punya galeri lukis sendiri di San Diego, California, AS.

"Saya ingin semua orang sadar betapa indahnya dunia ini," ujar dia.

Namun, memiliki kemampuan tetrakromatik tidak selalu menyenangkan. Karena sensor berlebih ini, berkunjung ke tempat-tempat penuh warna seperti toko swalayan menjadi hal mengerikan bagi Antico.

Sayuran, buah, ikan, dan barang-barang lain tampak sangat berwarna di mata Antico. "Itu seperti (menghadapi) serangan warna," kata dia.

Sebaliknya, perpaduan warna-warna yang kontras dan hidup malah menjadi favorit bagi orang bermata normal seperti kita.

Lihat saja, kini banyak penikmat gadget mengantongi ponsel atau tablet dengan layar beresolusi tinggi. Menonton video, bermain game, membaca, mengambil foto, atau melakukan video call menjadi lebih menyenangkan karena gambar tampak halus dan jelas.

Bahkan, beberapa gawai sudah memanfaatkan teknologi layar sAMOLED sehingga warna gambar menjadi benar-benar hidup, detail, dan tajam. Salah satunya ada pada Samsung Galaxy Tab S2.

Layar berteknologi sAMOLED memiliki tingkat kecerahan tinggi dan mampu mengolah warna lebih stabil. Teknologi ini juga bisa menyesuaikan tingkat kecerahan pada layar tanpa harus memasang mode backlight saat digunakan di luar ruangan.

Sekalipun tanpa sel kerucut berkemampuan tetrakromatik, keindahan ragam warna bisa menyapa mata pengguna gawai-gawai berteknologi semacam sAMOLED ini. Nah, siap dengan serangan warna?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com