Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, Lapan A2/Orari memiliki kamera yang bisa menghasilkan gambar dengan resolusi 5 meter. "Jadi, obyek kecil seperti rumah akan bisa dipotret," ujarnya.
Seusai acara menyaksikan peluncuran secara langsung di kantor Lapan Jakarta, Thomas mengatakan kepada Kompas.com bahwa Lapan siap memotret dan merilis obyek-obyek menarik di Indonesia kepada publik. Namun, obyek-obyek yang akan dipotret hingga saat ini belum ditentukan.
"Nanti satelit akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali dalam sehari. Jadi, ada banyak kesempatan untuk memotret wilayah kita," katanya.
Thomas mengatakan, Lapan sudah merilis sejumlah citra Indonesia dari antariksa dengan satelitnya. "Satelit Lapan A1/Tubsat memotret Jembatan Suramadu yang saat itu sedang dibangun, lalu memotret Bandara Soekarno-Hatta dan Changi, juga gunung-gunung yang sedang aktif," ujarnya.
Saat ini, tim Lapan akan terlebih dahulu melakukan penjejakan satelit dari dua stasiun pemantau, yaitu di Biak dan Rancabungur, Bogor.
Penjejakan memakan waktu maksimal tujuh hari. Namun, setelah itu, tim Lapan masih harus memastikan ketinggian dan arah satelit. Proses tersebut memakan waktu hingga sekitar sebulan. Dengan demikian, foto-foto Indonesia dari antariksa mungkin baru bisa dirilis sesudahnya.
Lapan A2/Orari diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, dengan roket PSLV C30 bersama enam satelit lainnya.
Satelit dengan 20 persen beban operasional itu mengemban misi maritim dan pengawasan daerah terluar. Instrumen automatic identification system (AIS) mampu mengawasi lalu lintas kapal di perairan tanah air sementara instrumen automatic packet reporting system (APRS) berguna mengetahui kondisi suatu lokasi.
Lapan A2/Orari adalah lompatan besar bagi Indonesia karena menjadi satelit pertama yang 100 persen dibuat di Indonesia dan sudah memiliki beban operasional. Setelah satelit ini, Lapan menyiapkan Lapan A3/IPB.