Bagaimana Pemanasan Global Memicu El Nino yang Lebih Ekstrem?

Kompas.com - 05/08/2015, 20:45 WIB

KOMPAS.com — Sering dikatakan bahwa pemanasan global membuat intensitas El Nino lebih ekstrem. Namun, mana buktinya?

Catatan Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat (NOAA) bisa memberi sedikit petunjuk.

Dalam 65 tahun terakhir, telah terjadi 5 El Nino yang berintensitas kuat, atau dengan anomali suhu lebih dari 1,5 derajat celsius.

Terjadinya El Nino kuat memang terkait dengan banyak faktor, termasuk aktivitas matahari. El Nino kuat biasanya akan terjadi ketika aktivitas matahari berada pada level minimum. (Mengapa? Simak dalam artikel Membaca Tanda-tanda El Nino Kuat)

Namun, data NOAA menunjukkan bahwa anomali suhu muka laut pada periode El Nino kuat pun semakin meningkat, menunjukkan adanya sebab baru.

Dalam peristiwa El Nino tahun 1957/1958, anomali suhu tertinggi yang terukur adalah sekitar 1,75 derajat celsius, dan pada tahun 1965/1966 sekitar 1,8 derajat celsius.

Memasuki tahun 1980-an, anomali suhu pada periode El Nino kuat untuk kali pertama lebih dari 2 derajat celsius. Pada kejadian El Nino tahun 1997/1998, anomali suhunya mencapai 2,3 derajat celsius.

Edvin Aldrian, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa aktivitas matahari saja belum mampu memberi jawaban yang memuaskan.

"Itu menunjukkan adanya faktor antropogenik," kata Edvin.

Pemanasan global

Edvin mengungkapkan, sulit untuk menerangkan secara gamblang pengaruh tingginya emisi gas rumah kaca, pemanasan suhu Bumi, dan semakin ekstremnya El Nino.

"Melihat fenomena yang terjadi, sebabnya mengarah ke sana," kata Edvin ketika ditemui Kompas.com pada Selasa (4/8/2015).

El Nino pada dasarnya dipicu oleh pemanasan di wilayah Pasifik. Panas cenderung terkumpul di bagian barat karena faktor arah gerak Bumi.

Kecenderungan panas terkumpul di satu titik memicu perbedaan panas antara bagian barat dan timur Pasifik, dalam hal ini wilayah Peru di Amerika Selatan dan utara Papua.

Sederhananya, perbedaan panas yang terlalu besar akan memunculkan El Nino. Jika bicara lautan, hal ini berarti adanya air laut dari wilayah panas yang bergerak jauh ke wilayah yang lebih dingin.

Jika emisi gas rumah kaca tinggi, Pasifik akan semakin terpanaskan. "Semakin panas, maka akan semakin mudah El Nino terjadi," kata Edvin. Anomalinya juga akan semakin besar.

Data dari sejumlah lembaga dunia, seperti Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat, memang menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca semakin meningkat.

Emisi dari bahan bakar fosil, misalnya, meningkat dari sekitar 2.000 teragram karbon dioksida pada tahun 1900 menjadi lebih dari 3.000 teragram karbon dioksida.

US Department of Energy Emisi global gas rumah kaca dari bahan bakar fosil.

Bila tak ada upaya untuk mengurangi emisi, maka seperti penelitian Wenju Cai dari CSIRO Marine and Atmospheric Research di Australia dan rekan yang dipublikasikan di jurnal Nature, El Nino akan semakin sering dan anomalinya terus meningkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau