Widjo mengungkapkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah memiliki road map penanggulangan bencana yang akan dijalankan tahun 2015-2019. "Ini harusnya ditangkap oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi," katanya.
Kepada Kompas.com, Senin (27/10/2014), Widjo menjelaskan bahwa Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bisa memicu pengembangan teknologi kebencanaan oleh lembaga riset.
"Selama ini, kita masih bergantung pada teknologi luar. Nah, bagaimana teknologi kebencanaan ini bisa ditingkatkan konten dalam negerinya," ungkap Widjo yang banyak melakukan riset terkait gempa dan tsunami di Indonesia.
Teknologi-teknologi yang bisa diupayakan mencakup sistem peringatan dini, seismograf, dan tsunami. Pengembangan yang sudah dilakukan di dalam negeri terkait teknologi itu perlu didukung.
Widjo menambahkan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga perlu mendukung upaya standardisasi pada teknologi kebencanaan yang sudah dikembangkan. "Misalnya, sirene yang sudah dikembangkan di Yogya," katanya.
"Sistem peringatan dini perlu distandardisasi. Misalnya, untuk sirene itu berapa hertz frekuensinya agar tidak campur dengan suara sirene polisi atau ambulans," ungkap Widjo.
Widjo mengatakan, penggabungan antara Kementerian Riset dan Teknologi pada kabinet sebelumnya dengan Direktorat Pendidikan Tinggi bisa menjadi peluang pengembangan penelitian. "Supaya penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi tidak hanya menumpuk," katanya. Di sisi lain, penggabungan memungkinkan penambahan anggaran untuk riset.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.