Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senyawa dari Biota Asli Indonesia Terbukti Mampu Lawan Kanker Payudara

Kompas.com - 26/08/2014, 18:36 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Riset tim peneliti Pusat Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuktikan bahwa senyawa antikanker dari sumber daya alam hayati Indonesia terbukti berkhasiat.

Keberhasilan memproduksi dan membuktikan khasiat senyawa antikanker pada bahan alam Indonesia itu mengantarkan tim penelitinya meraih Inventor Awards dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Tim peneliti yang terlibat riset ini antara lain Muhammad Hanafi yang juga profesor riset kimia organik LIPI, Linar Zalinar Udin, Leonardus Broto Sugeng Kardono, serta Andrianopsyah Mas Jaya Putra.

Peneliti awalnya melakukan screening pada mikroba tanah dan tumbuhan di wilayah Indonesia. Dari proses tersebut, peneliti bisa mengidentifikasi mikroba tanah dan tumbuhan berpotensi, yaitu Pseudomonas pycocyanea dan bintangur batu (Calophyllum teysmannii).

Riset pun dilanjutkan. P pycocynea dikulturkan di laboratorium. Lalu, proses fermentasi dilakukan. Dalam proses itu, mikroba dibiakkan pada suatu media hingga menghasilkan senyawa tertentu, sering disebut metabolit sekunder.

Proses fermentasi menghasilkan senyawa fenolilaktam-A. Peneliti kemudian melakukan proses sintesis untuk menghasilkan senyawa yang mirip (analog) zat kimia itu. Hasilnya adalah fenolilaktam B-F.

Uji secara in vitro mengungkap bahwa, baik fenolilaktam-A maupun B-F bisa menghambat pertumbuhan sel kanker leukimia. Uji pra-klinis (dengan hewan) belum bisa dilakukan karena kesulitan menginduksi leukimia.

Fenolilaktam-A juga diujikan untuk melawan kanker payudara. Berdasarkan uji pra-klinis, senyawa ini efektif. "Bisa menghambat pertumbuhan sel kanker hingga 40 persen," kata Hanafi saat ditemui dalam acara penganugerahan Inventor Awards LIPI di Kebun Raya Bogor, Selasa (26/8/2014).

Sementara itu, screening juga menunjukkan adanya antikanker pada getah bintangur batu. Oleh tim riset, getah ini dianalisis secara kimia. Peneliti lalu menemukan kandungan kalanon yang bersifat antikanker.

Kalanon lalu diturunkan menjadi ester kalanon dan diuji efektivitasnya dalam menghambat kanker usus dan leukimia. Hasil uji secara in vitro cukup menggembirakan. "Ester kalanon lebih efektif 20 kali lipat daripada kalanon," papar Hanafi.

Selain diuji untuk melawan sel kanker, ester kalanon dan Fenilolaktam-A diuji untuk melawan bakteri. Hasil secara in vitro mengungkap bahwa senyawa itu berpotensi sebagai antibiotik untuk mengatasi ragam penyakit infeksi.

Zalinar mengungkapkan, penelitian senyawa antikanker dari bahan alam ini telah membuahkan dua paten, untuk proses dan senyawa yang dihasilkan.

Rangkaian proses fermentasi dan modifikasi senyawa belum pernah dipakai untuk menghasilkan antibiotik dan anti-kanker dari bahan alam. "Ini yang pertama di Indonesia. Di luar negeri, antibiotik juga tidak dibuat dengan cara ini," kata Zalinar.

Hanafi dan Zalinar punya mimpi agar hasil risetnya dapat diwujudkan menjadi produk obat dan dikonsumsi oleh publik. Namun, untuk itu, uji klinis masih harus dilakukan. Peran serta industri diperlukan, misalnya dalam pendanaan.

Hanafi meminta industri farmasi punya minat untuk turut mengembangkan produk berbasis riset peneliti. Ia mengusulkan agar pemerintah punya kebijakan yang mendukung. "Misalnya kita ada Kimia Farma. Mereka bisa dilibatkan karena sama-sama milik negara," ungkapnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau