Tim dokter ini telah berhasil menumbuhkan tulang lunak dalam percobaan di laboratorium dan yakin teknik ini dapat dipakai untuk mereka ulang pembuatan hidung dan telinga manusia.
Dalam publikasi yang terbit melalui jurnal Nanomedicine itu, menurut para ahli teknik ini bisa jadi akan mengubah sama sekali tata cara pengoban pasien.
Diakui masih banyak tantangan yang harus dilewati sebelum hal ini berlangsung, namun temuan ini dianggap tetap "transformatif".
Para dokter ingin merawat penyakit seperti microtia, dimana kuping telinga tidak terbentuk sempurna atau bahkan hilang atau berbentuk cacat.
Dalam tata cara pengobatan yang sekarang dipakai, anak yang mengalami kelainan ini biasanya dirawat dengan mengambil tulang lunak dari tulang iga, yang lalu dengan hati-hati dicangkokkan oleh ahli bedah agar mirip dengan sebentuk telinga dan ditanam kepada bagian kepala si anak.
Proses ini membutuhkan berbagai operasi, meninggalkan bekas gores di dada dan tulang rawan di iga tak akan bisa tumbuh lagi.
Maka muncullah sebuah alternatif - dimana sebuah jaringan kecil lemak diambil dari si bocah dan kemudian sel punca akan dibentuk dari jaringan tersebut.
Sebuah rangka "berongga" akan ditempatkan di dalam bubur sel punca itu agar kemudian terbentuk daun telinga sebagaimana diinginkan. Ditambahkan pula bahan kimia yang dipakai untuk melenturkan sel punca agar berubah menjadi sel tulang rawan.
Setelah ini maka sel bisa ditanam ke dalam kulit agar si anak punya daun telinga yang normal.
Sejauh ini pakar telah sukses membentuk tulang rawan dalam rangka berongga itu, namun masih dibutuhkan tes aman sebelum dapat dipakai pada pasien.