Lauri Nummenmaa, psikolog dari Aalto University dari Finladia, melakukan sebuah survei pada 700 orang dari Findalia, Swedia, dan Taiwan.
Survei yang dilakukannya terbilang menarik karena melibatkan populasi responden yang besar dan dari berbagai latar belakang.
Peneliti menyuguhkan serangkaian kata-kata, cerita, video, dan gambar yang bisa memicu beragam perasaan, mulai sedih, depresi, gembira, hingga cinta.
Responden juga dihadapkan pada dua gambar tubuh di layar komputer. Gambar tubuh itu kemudian digunakan untuk mengilustrasikan efek fisiologis dari emosi responden.
Setelah melihat dan membaca cerita dan gambar, responden diminta mendeskripsikan bagian tubuh yang mengalami peningkatan dan penurunan aktivitas di tiap-tiap gambar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika responden merasakan cinta, mereka merasa seluruh tubuhnya lebih aktif, lebih hangat.
Sementara itu, dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Science ini, ketika merasa marah, responden merasakan peningkatan aktivitas di kepala dan dada.
Bertolak belakang dengan cinta, depresi mengurangi aktivitas di seluruh bagian tubuh. Kesedihan meningkatkan aktivitas bagian dada.
Walau terdengar tak ilmiah, karena hanya melihat tanggapan subyektif responden dan tak ada pengukuran secara biologis peningkatan aktivitas tubuh, studi ini dianggap cukup ilmiah.
Dengan jumlah responden yang besar, seperti diberitakan Extreme Tech, Selasa (31/12/2013), riset ini menyuguhkan hasil penelitian kuantitatif yang valid.
Peneliti berharap, di kemudian hari, hasil penelitiannya bisa dimanfaatkan untuk membantu terapi orang yang mengalami depresi atau masalah tertentu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.