Piala "Ajaib" Bukti Kemahiran Romawi Kuno dalam Nanoteknologi

Kompas.com - 27/08/2013, 17:36 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Siapa bilang nanoteknologi hanya milik manusia yang hidup pasca-era industri? Sebuah piala yang tersimpan di British Museum membuktikan bahwa Romawi Kuno juga sudah mengenal nanoteknologi.

Piala berbahan gelas tersebut bernama Lycurgus Cup, memiliki hiasan figur Raja Lycurgus dari Thrace, Romawi Kuno. Piala ini menyimpan teka-teki yang baru terpecahkan pada tahun 1990.

Teka-teki pada piala itu adalah kemampuannya berubah warna sesuai dengan arah sumber cahaya yang diterima. Bila cahaya diarahkan dari depan, piala berkilau hijau. Bila cahaya diarahkan dari belakang, piala berkilau merah.

Tahun 1990, terungkap bahwa perbedaan kilau cahaya berdasarkan arah sumber cahaya tersebut disebabkan oleh komponen perak dan emas penyusunnya.

Ilmuwan mengungkap, orang Romawi saat itu menghaluskan partikel emas dan perak hingga berukuran 50 nanometer, lebih kecil dari seperseribu ukuran butiran garam.

Penghalusan emas dan perak tersebut yang merupakan bentuk nanoteknologi dan merupakan kunci mengapa piala bisa berkilau berbeda saat arah sumber cahaya berbeda.

Saat cahaya datang, elektron emas dan peran bergetar. Getaran ini menciptakan warna yang kemudian ditangkap berbeda tergantung posisi pengamat.

Gang Lohgan Liu dari University of Illinois di Urbana-Campaign mengatakan, piala ini memberi inspirasi pada banyak hal, misalnya deteksi penyakit.

"Orang-orang Romawi tahu bagaimana menggunakan partikel nano untuk membuat karya seni yang bagus. Kami mencoba mencari aplikasinya," kata Liu seperti dikutip Smithsonian Magazine edisi September 2013.

Lewat eksperimen, Liu mengetahui bahwa susunan partikel emas dan perak akan bergetar dan mampu memengaruhi perubahan warna bila berinteraksi dengan beragam cairan.

Karena piala tak bisa langsung dipakai untuk percobaan, Liu membuat prototipe alat yang punya susunan sama dengan piala itu. Ia membuatnya dengan piringan plastik yang disemprot dengan partikel nano emas dan perak.

Saat air dan minyak dituang pada alat tersebut, warnanya berubah dan dengan mudah dikenal. Bila air dituang, warnanya akan menjadi hijau. Sementara itu, bila minyak dituang, warnanya menjadi merah.

Prototipe ini 100 kali lebih sensitif untuk mendeteksi kandungan garam pada suatu larutan dibanding sensor yang dipakai saat ini dipakai untuk tujuan sama.

Liu terus mengeksplorasi penggunaan alat ini. Ia membayangkan, di masa depan, deteksi patogen pada ludah dan urine atau deteksi cairan berbahaya bisa dilakukan dengan nanoteknologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau