Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buku Teknik Konservasi Badak Indonesia Pertama Diluncurkan

Kompas.com - 26/07/2013, 21:36 WIB

KOMPAS.com — WWF Indonesia dan praktisi konservasi badak meluncurkan buku Teknik Konservasi Badak Indonesia pada Rabu (24/7/2013). Buku ini merupakan buku pertama yang secara khusus mengulas badak di Indonesia dan konservasinya dalam bahasa Indonesia.

Disusun oleh 20 praktisi konservasi badak, buku ini memuat taksonomi, morfologi, populasi, dan penyebarannya hingga konflik dan protokol penyelamatan badak yang berasal dari pengalaman para pegiat konservasi badak di lapangan.

Hadi Alikodra, Guru Besar Manajemen Satwa Liar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengungkapkan bahwa buku ini sangat penting. "Tidak hanya spesiesnya saja yang langka, pengetahuan teknis konservasi badak pun dapat dikatakan langka," kata Hadi.

Sementara Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Mohammad Haryono mengatakan, "Buku ini dibuat untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan badak agar bisa selamat." Dalam buku ini, kata Haryono, badak seperti menuturkan sosok dirinya yang belum diketahui publik.

Widodo Ramono dari Yayasan Badak Indonesia mengatakan, buku ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan konservasi serta mendorong kerja sama antarpemangku kepentingan dalam rangka upaya penyelamatan badak.

Menurut Widodo, banyak masyarakat yang belum mau peduli dengan kelangsungan hidup badak karena tidak merasakan dampak langsung dari kehadirannya. Padahal, badak sangat berpengaruh dalam membangun ekosistem alam yang kompleks.

Dikatakan, sekantong kotoran badak diketahui dapat menumbuhkan hingga 11 tanaman. Artinya, kotoran alami badak yang berceceran di dalam hutan sudah pasti akan membantu untuk menciptakan suatu ekosistem hutan yang subur dan efeknya akan dirasakan oleh manusia.

Indonesia adalah rumah bagi dua dari lima spesies badak yang masih tersisa di dunia. Jumlahnya hanya tinggal 50 ekor untuk badak jawa dan 200 ekor untuk badak sumatera. Badak masuk sebagai kategori satwa liar berstatus terancam punah dalam Daftar Merah IUCN. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com