Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Protein Luar Angkasa dalam Meteorit ini

Kompas.com - 03/03/2020, 19:02 WIB
Imamatul Silfia,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan petunjuk tentang kehidupan lain di dalam tata surya ini dari kandungan protein luar angkasa yang ada pada meteorit yang jatuh ke Bumi pada 30 tahun lalu.

Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli fisikawan, Malcolm McGeoch dari super konduktor pemasok sumber sinar-X PLEX Corporation, meninjau ulang meteroit tersebut menggunakan spektrometri massa "state-of-the-art".

Mereka menemukan protein dalam meteorit yang diberi nama Acfer 086. Penemuan ini terjadi di Algeria pada 1990.

Selain menemukan asam amino glisin dengan sinyal yang lebih kuat daripada analisa sebelumnya, mereka juga menemukan unsur tersebut terikat dengan unsur lainnya, seperti besi dan lithium.

Baca juga: Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Benarkah Matahari Objek Terbesar di Jagad Raya?

Ketika mereka mencoba melakukan pemodelan untuk melanjutkan analisa, mereka menemukan glisin tidak terisolasi dan hal ini merupakan ciri dari protein. Para peneliti menyebut penemuan baru tersebut sebagai protein hemolithin.

Meskipun struktur hemolithin mirip dengan protein yang ada di dalam Bumi, namun rasio dari deuterium dengan hidrogen dalam kandungan hemolithin tersebut tidak cocok dengan apapun di Bumi.

Kandungan materialnya dinilai lebih cocok dengan komet jangka panjang. Ini berarti struktur yang dianggap sebagai protein berasal dari luar Bumi.

Besar kemungkinan protein tersebut terbentuk dalam piringan proto-solar lebih dari 4,6 miliar tahun yang lalu.

Baca juga: Ekspedisi Menangkap Gambar Benda Luar Angkasa, Astronom Gunakan ini

Jika hasil dari penelitian dapat direplikasi, protein tersebut akan menjadi yang pertama teridentifikasi bukan berasal dari Bumi.

Meskipun tidak menjadi bukti adanya makhluk hidup di luar Bumi, penemuan protein ini menunjukkan blok bangunan kehidupan lainnya yang dapat ditemukan di batuan luar angkasa.

Chenoa Tremblay, seorang astronom dan ahli kimia di CSIRO Astronomy & Space Science di Australia mengatakan secara umum, mereka meneliti meteor yang sudah berada di museum dan pernah diteliti sebelumnya.

"Tetapi mereka memodifikasi teknik yang mereka gunakan untuk mendeteksi asam amino dalam meteor tersebut, namun dalam rasio sinyal yang lebih tinggi," ucap Tremblay seperti melansir Science Alert , Selasa (3/3/2020).

Tremblay, peneliti yang tidak menjadi bagian dari tim peneliti meteor tersebut menilai adanya kemungkinan penemuan tersebut sebenarnya bukan protein.

Melainkan sebuah polimer dalam kelas molekul yang luas di mana protein hanya ada satu. Jadi, masih terlalu cepat untuk menyimpulkan unsur dalam meteorit tersebut merupakan protein.

"Saya rasa penelitian itu mendapatkan banyak implikasi menarik dan argumen yang meyakinkan. Saya kira ini merupakan sebuah langkah yang bagus," kata Tremblay.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com