Saat menyimpan (atau menimbun) barang-barang dalam jumlah besar untuk dipakai selama masa bencana, kita tidak tahu berapa banyak yang sebetulnya kita perlukan karena kita tidak tahu berapa lama bencana tersebut akan terjadi.
Dengan demikian, kadang kita membuat kesalahan dalam mempersiapkan diri dan membeli terlalu banyak barang daripada terlalu sedikit. Ini adalah respons alamiah manusia rasional yang menghadapi ketidakpastian pada masa depan dan hanya ingin menjamin keluarganya dapat bertahan.
Membeli barang dalam jumlah besar – yang dapat mengakibatkan rak-rak supermarket yang kosong – mungkin tampak sebagai respons emosi yang tidak rasional. Tapi emosi tidak irasional: emosi membantu kita dalam memutuskan bagaimana menentukan apa yang perlu kita perhatikan.
Emosi membuat setiap orang menghabiskan waktu yang lebih lama dalam menghadapi suatu masalah, menjadikan kita lebih peduli, dan lebih menunjukkan pertahanan diri. Emosi adalah elemen insting dalam perilaku manusia yang gagal kita perhatikan ketika kita mencoba memahami perilaku manusia.
Perubahan dalam perilaku individu dapat memiliki dampak dalam skala besar. Misalnya, supermarket biasanya mengatur rantai pasokan dan suplai barang-barangnya berdasarkan tingkat rata-rata konsumsi konsumennya.
Sistem tersebut tidak dapat mengatasi fluktuasi permintaan dalam jumlah besar dengan baik. Jadi ketika permintaan meningkat – seperti yang terjadi di beberapa wilayah di Cina, Italia, dan negara-negara lainnnya – maka yang terjadi adalah rak-rak yang kosong.
Pada umumnya orang Australia tidak siap menghadapi bencana seperti orang Selandia Baru, yang secara rutin menyimpan peralatan dan item-item yang dibutuhkan dan disimpan di kotak darurat di rumah mereka karena ancaman gempa bumi. Namun, kebakaran semak musim panas ini, banjir, dan penyakit baru seharusnya menjadi peringatan agar kita mempersiapkan diri.
Anda tidak perlu segera keluar untuk membeli berlusin-lusin kaleng kacang panggang, tapi mungkin sebaiknya mulai mempersiapkan kotak darurat. Bacalah panduan mempersiapkan isi kotak darurat dari ABC, cari tahu apa yang sudah Anda miliki, dan apa yang masih kurang.
Lalu buatlah daftar belanja dan secara perlahan tapi konsisten kumpulkan barang-barang yang Anda perlukan. Jika dilakukan demikian, toko-toko akan memiliki cukup waktu untuk mendapatkan stok baru tanpa membuat rak-rak mereka nyaris kosong.
David A. Savage
Associate Professor of Behavioural Economics , Newcastle Business School, University of Newcastle
Benno Torgler
Professor, Business School, Queensland University of Technology
Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Borong Banyak Barang untuk Hadapi Krisis Bukan 'Belanja Akibat Kepanikan', Tapi Tindakan Rasional". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.