Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2020, 07:56 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tak terkejut dengan pengumuman pemerintah Indonesia tentang kepastian dua kasus Covid-19 dan meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga kebersihan.

"Kami tak terkejut dengan pengumuman ini dan kami mengantisipasi munculnya kasus-kasus lagi di hari-hari ke depan ini. Deteksi dini kasus dan kepastian [hasil uji] laboratorium sangat penting," kata perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan, dalam keterangan hari Senin (02/03).

"Covid-19 biasanya menyebabkan penyakit ringan dan (jika menyerang) anak-anak diketahui tidak berkembang menjadi penyakit yang parah," kata Dr Paranietharan.

Ia menjelaskan ada kemungkinan lebih besar infeksi berubah menjadi penyakit parah jika virus menyerang orang-orang di atas 60 tahun dan yang punya penyakit lain seperti diabetes dan penyakit jantung.

Ia kembali mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan dengan lebih sering mencuci tangan dan menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin.

Baca juga: 2 WNI Positif Corona, Seperti Apa Kontak Langsung yang Berisiko Tertular?

Sebelumnya, seorang dokter menyatakan pemerintah perlu mengubah prosedur operasi standar dalam penanganan wabah virus corona setelah dua warga Indonesia terkonfirmasi tertular Covid-19, menurut seorang dokter.

Sementara, Kementerian Kesehatan menekankan bahwa langkah-langkah yang diambil selama ini sudah benar dan akan terus dilanjutkan, sambil mengimbau masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh.

Dua warga Depok, Jawa Barat pada hari Senin (02/03) dikonfirmasi terinfeksi virus corona dan sedang menjalani perawatan di dalam ruang isolasi di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta.

Mereka diketahui adalah seorang perempuan berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun.

Pasien yang muda itu sebelumnya telah kontak langsung dengan seorang warga negara Jepang yang terkonfirmasi mengidap Covid-19 setelah kembali ke Malaysia, tempat ia berdomisili.

Agus Dwi Sutanto, Ketua Pengurus Harian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, mengatakan bahwa perkembangan ini harus ditanggapi dengan memperluas ruang gerak penelusuran orang yang telah berinteraksi dengan pasien yang positif terinfeksi demi meningkatkan efektivitias pendeteksian dan penanganan kasus.

"Tentunya saat ini harus ada revisi, atau perubahan, ketika sudah ada kasus di negara kita. SOP kemarin sebagian besar adalah kalau kasus-kasus itu orang-orang yang berasal dari luar negeri atau negara terjangkit," kata Agus kedapa BBC News Indonesia melalui sambungan telepon pada Senin (02/03).

"Ada mungkin perubahan yang harus dilakukan dari kriteria definisi kasus, terutama pada kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), atau di luar negeri namanya suspect, dan Orang Dalam Pemantauan (ODP), atau person under investigation. Tentu ini harus dilakukan revisi karena saat ini ada kasus di wilayah Jakarta dan sekitarnya," tambahnya.

Kriteria pemeriksaan sebelumnya terbatas pada pasien yang menunjukkan gejala-gejala seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam disertai dengan pneumonia dan riwayat bepergian ke negara terjangkit, atau kontak di negara terjangkit.

"Saat ini negara kita sudah ada kasus, tentunya definisinya harus direvisi sedikit bahwa orang-orang yang memiliki gejala ISPA [infeksi saluran pernapasan] dan memiliki riwayat kontak dengan orang-orang yang terkonfirmasi tadi, itu harus masuk kategori Pasien Dalam Pengawasan," kata Agus.

Agus mengatakan bahwa pihak pusat melalui Kementerian Kesehatan maupun, pada tingkat regional, yaitu Dinas-dinas Kesehatan, harus secara aktif melacak orang-orang yang sudah ada kontak dengan pasien yang terinfeksi.

Agus memperingatkan jumlah pasien dapat meningkat.

"Kemungkinan (jumlah yang terinfeksi) akan bertambah, karena dia (pasien yang terinfeksi) sudah berkontak dengan banyak orang. Sekarang tinggal kontak eratnya itu yang harus diperiksa, untuk memastikan mereka terinfeksi atau tidak," jelas Agus.

Secara global, sekitar 86.000 orang telah terinfeksi di lebih dari 50 negara.

Lebih dari 3.000 orang meninggal dunia, sebagian besar di provinsi Hubei, China, tempat wabah itu bermula pada Desember lalu.

Baca juga: Kemenkes Bantah 238 WNI dari Wuhan Tidak Dites Corona karena Mahal

Tidak ada perubahan prosedur

Kasus Covid-19 pertama di Indonesia diungkap oleh Presiden Joko Widodo, yang bersama dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada hari Senin (02/03), menyelenggarakan konferensi pers di Istana Negara.

Pada kesempatan itu, Jokowi menekankan bahwa pemerintah sejak awal sudah sudah meningkatkan kesiagaan, termasuk menjalankan SOP sesuai standar internasional, serta mengalokasikan anggaran untuk menangani wabah dan membentuk tim gabungan yang diantaranya terdiri dari TNI, Polri, pihak sipil dan pihak terkait lainnya.

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus pertama positif Corona di Indonesia, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020).KOMPAS.com/Ihsanuddin Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus pertama positif Corona di Indonesia, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020).

"Sejak awal, pemerintah ini benar-benar mempersiapkan. Persiapan, misalnya rumah sakit, lebih dari 100 rumah sakit yang siap dengan ruang isolasi mengenai virus corona dengan standar isolasi yang baik. Kita juga memiliki peralatan yang memadai sesuai standar internasional," kata Jokowi.

Setelah pertemuan dengan Jokowi, Menkes Terawan mengunjungi kedua pasien yang sedang dirawat di RSPI Sulianto Saroso.

Ia mengatakan bahwa kedua pasien sudah dalam "keadaan baik" dan menegaskan pemerintah tidak akan mengisolasi atau menghentikan kegiatan di Depok sebagaimana yang dilakukan pemerintah China di Wuhan.

Terawan menegaskan bahwa pemerintah sejauh ini sudah melaksanakan prosedur yang sesuai dalam menanggapi wabah, terbukti dengan kemampuan Indonesia mendeteksi kasus pertama ini.

"Berarti kita sudah benar yang kita lakukan. Langkah-langkah kita sudah tepat selama ini," jelas Terawan.

Prosedur akan terus berjalan tanpa perubahan, tambahnya, sambil mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan.

"Ya tetap nomor satu menjaga imunitas tubuh kita juga. Ndak ada perubahannya. Semua kita lakukan. Penguatan juga kita lakukan, di bandara tetap kita awasi, kita waspadai. Kan ini memang kasus yang tidak kelihatan, kecuali dia batuk, panas, ada demam gitu yah ketahuan. Tapi kalau dia ndak ada demam atau batuk, pilek yang dicurigai, ndak bisa ketahuan. Gimana caranya?" ujar Terawan.

Ia mengaku pengawasan terhadap orang-orang yang telah kontak dengan pasien yang positif Covid-19 telah dilaksanakan dan memang tidak dirawat di rumah sakit jika tidak menunjukkan gelaja.

Terawan menjelaskan bahwa dua pasien yang sedang di rawat tinggal di rumah dengan dua orang lain. Dua orang itu tidak menunjukkan gejala.

"Tidak semua yang kontak langsung akan terinfeksi. Close contact pun belum tentu terinfeksi, apalagi yang jauh-jauhan," kata Terawan.

Baca juga: Penjelasan Psikologi di Balik Panic Buying Akibat Virus Corona

Depok tingkatkan kesiagaan

Walikota Depok, Muhammad Idris saat ditemui di kantor Walikota, Depok,Senin (19/2/2018).KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA Walikota Depok, Muhammad Idris saat ditemui di kantor Walikota, Depok,Senin (19/2/2018).

Sementara itu, Walikota Depok Mohammad Idris mengatakan akan membentuk tim untuk pengawasan dan pengendalian wabah.

Tim itu, kata Idris, akan memantau dua orang yang tinggal di rumah bersama pasien serta rumah-rumah di wilayah sekitarnya.

Di antara langkah tanggapan lainnya, ujarnya, juga termasuk meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan rumah sakit dengan pihak kelurahan dan kecamatan.

Kedua pasien yang terpapar sebelumnya berobat ke RS Mitra Keluarga di Kota Depok sebelum dirujuk ke RSPI di Jakarta.

Idris mengatakan bahwa 71 tenaga medis RS Mitra Keluarga itu yang berinteraksi dengan pasien telah diminta untuk tinggal di rumah sebagai langkah antisipasi.

"Ini untuk sementara, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan, [mereka] dirumahkan oleh pihak rumah sakit. Nanti akan dilakukan pemeriksaan, pendataan juga rumahnya dimana, karena bisa saja dia orang Jakarta, Bogor maupun Bekasi, untuk dipantau dan berkordinasi dengan pihak aparat setempat, termasuk dinas kesehatan setempat," kata Idris.

Kedepan, sebut Idris, pihaknya akan meningkatkan sosialisasi dan juga mendata kondisi warga Depok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com