Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamur Mematikan ini Ancam Kehidupan Ular Tropis di Bumi, Ini Sebabnya

Kompas.com - 21/02/2020, 12:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Spesies ular tropis keberadaannya kian terancam, akibat kelangkaan katak sebagai makanan mereka. Kendati dianggap hewan paling berbahaya, namun ular memiliki fungsi penting dalam rantai makanan.

Hilangnya populasi ular dari muka Bumi tentu akan memberikan dampak ekologis di seluruh dunia.

Dalam sebuah penelitian, melansir National Geographic, Kamis (20/2/2020), ternyata yang jadi penyebab hilangnya populasi amfibi ini adalah jamur mematikan yang bernama Chytrid.

Selama setengah abad terakhir chytrid telah memusnahkan populasi katak dan salamander di seluruh dunia.

 

Baca juga: Bocah Tewas Usai Pamer Ular Weling, Ini Pelajaran Penting bagi Kita

Setidaknya 500 spesies punah akibat jamur tersebut dan menjadikannya sebagai patogen paling merusak keanekaragaman hayati.

Menurunnya populasi amfibi itu tentu merupakan berita buruk bagi ular yang merupakan hewan pemakan spesies tersebut.

Dampak jamur mematikan

Studi yang dilakukan di Panama berhasil mengungkap bagaimana penurunan amfibi berimbas pada ular-ular tropis pemakan katak.

Saat jamur chytrid menyebar tahun 2004, jumlah keseluruhan, keragaman, dan kesehatan menurun signifikan.

Pengamatan dan data penelitian ini dikumpulkan selama survei satwa liar di Panama selama 13 tahun.

 

Baca juga: Mengenal 3 Predator Alami Anakan Ular Kobra Jawa

Data tersebut sudah cukup menunjukkan chytrid secara tidak langsung berimbas pada keberadaan ular.

Analisis menggunakan model matematika menyimpulkan adanya penyusutan populasi yang mencolok dan homogenisasi. Akibat jamur ini, banyak spesies mungkin akan benar-benar hilang.

Sebelum invasi jamur, peneliti mencatat ada 30 spesies ular, namun setelah serangan chytrid membuat populasi spesies ular menurun.

Sekarang hanya dijumpai 21 spesies ular saja, bahkan jumlahnya jauh lebih sedikit.

Meski begitu tetap ada secercah harapan. Beberapa kelompok kecil amfibi menunjukkan adanya pemulihan walaupun perlahan.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Science. Dalam jurnal ini menunjukkan beberapa spesies ular juga dapat beralih ke mangsa yang berbeda.

Melalui penelitian ini pun, para ahli bisa makin memahami bagaimana efek penyakit menular seperti chytrid dapat memiliki dampak yang melampaui dari yang dipahami sebelumnya.

Terutama dampaknya terhadap populasi ular tropis, sebagai pemegang kunci rantai makanan di Bumi.

Baca juga: Penemuan Terbaru, Ular Purba Pernah Memiliki Kaki Belakang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com