KOMPAS.com - Ahli medis menyebutkan bahwa gangguan atau gejala Premenstrual Syndrome (PMS) bisa jadi ada gangguan mental.
"Penanganan gejala PMS kadang kala justru juga butuh psikiater juga, karena ada gangguan mental," tutur Dr dr Kanadi Sumapraja SpOG KEFR MSc, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI).
Sindrom pramenstruasi atau biasa dikenal dengan PMS, kerap dijadikan pertanda bagi wanita sebelum mendapati periode menstruasi. Hampir 80-90 persen perempuan mengalami gangguan PMS ini.
Baca juga: Kenali Jenis Nyeri Haid, Bisa Jadi Pertanda Endometriosis
Gangguan premenstrual ini sendiri, kata Kanadi, biasanya terjadi dalam kurun waktu dua minggu sebelum wanita mendapati periode menstruasi.
Gejala PMS selalu dikaitkan dengan tingkat sensitivitas seorang perempuan dalam merespon sesuatu, entah secara fisik maupun secara emosional.
"Ada yang sensitif gak mau disenggol dan lain-lain masuk gejala ini," kata Kanadi dalam acara "RSPI: Mengenal Gangguan Menstruasi", Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Ironisnya, bagi beberapa perempuan, respon yang terjadi justru menyiksa dirinya sendiri dan mengganggu orang-orang di sekitarnya.
Baca juga: Kenali Ini 4 Gangguan Menstruasi dan Pengaruhnya pada Kesuburan Wanita
PMS terjadi karena hormon yang fluktuatif, dan membuat pengaruh perubahan fisik dan mental perempuan yang bersangkutan. PMS umumnya terjadi pada perempuan yang subur.
"Gangguan gejala PMS ini cenderung lebih banyak dialami oleh perempuan yang subur," ujarnya.
Adapun sindrom ini juga diikuti dengan gejala-gejala lainnya seperti mengalami nyeri yang sakitnya berlebihan, serta kuantitas darah yang terlampau banyak ataupun terlampau sedikit.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.