Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2020, 10:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Empat spesies baru kumbang Chafer atau Coleoptera: Scarabaeidae telah ditemukan di Kepulauan Maluku. Tepatnya di Halmahera, Obi dan Kepulauan Ternate.

Kumbang baru tersebut berasal dari genus Epholcis. Hingga saat ini tercatat 10 spesies Epholcis yang berhasil ditemukan oleh para peneliti.

Enam diantaranya telah terindentifikasi pada tahun 1957 oleh Britton di New Queensland dan New South Wales, Australia.

Penemuan dan identifikasi empat spesies terbaru ini dilakukan oleh peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Raden Pramesa Narakusumo bersama Michael Balke dari Zoologische Staatssammlung Munchen, Jerman.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Spesies Baru, Cecurut Ekor Berambut dari Sulawesi

Empat kumbang baru itu diberi nama Epholcis acutus, Epholcis arcuatus, Epholcis cakalele, dan Epholcis obiensis.

Adapun penamaan keempat spesies tersebut diantaranya didasari oleh ciri fisiknya yang seperti acutus dan arcuatus.

Sedangkan jenis cakalele diambil dari nama tarian tradisional Maluku, dan obiensis merujuk pada Pulau Obi sebagai lokasi penemuan.

Ciri-ciri kumbang Echolpis

Kumbang echolpis memiliki ciri seperti acutus atau berujung tajam dari sudut bagian pronotum. Sementara arcuatus berarti berbentuk busur, dilihat dari bentuk kaki belakang yang melengkung.

Pramesa menjelaskan bahwa kumbang Epholcis ini merupakan serangga malam atau nokturnal, yang memakan daun pohon Eucalyptus di Australia juga bunga cengkeh.

"Sedangkan di Maluku, keduanya memakan tumbuhan dari familia Myrtaceae," kata dia.

Metode identifikasi 4 spesies baru Epholcis

Dalam melakukan identifikasi spesies baru epholcis, peneliti menggunakan metode taksonomi klasik lewat pendeskripsian morfologi secara tepat dan ringkas, teknik diseksi genitalia, serta teknik makrofotografi.

"Metode ini mengandalkan penelitian morfologi, penelurusan melalui publikasi lawas, dan studi banding dari satu museum ke museum lain," ujarnya.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Katak Renda Piasak dari Kalimantan, Bisa Menyamar

Metode yang digunakan saat ini berbeda dengan yang digunakan saat penemuan 110 jenis kumbang moncong Trigonopterus yang menggunakan metode Integrative Taxonomy atau Turbo Taxonomy. Metode tersebut menggabungkan metode taksonomi klasik dengan teknik genetika molekuler.

Untuk diketahui, identifikasi holotipe kumbang ini telah dilakukan sejak tahun 2015. Spesimen tersebut didapat dari koleksi Museum Zoologicum Bogoriense Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Naturalis Biodiversity Centre, Leiden, Belanda.

Potensi penemuan jenis kumbang baru di Indonesia

Dikatakan Pramesa, potensi penemuan jenis-jenis kumbang baru di wilayah Indonesia masih sangat besar. Berbagai koleksi spesimen kumbang yang saat ini disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense dari berbagai hasil ekspedisi memerlukan upaya identifikasi dari para ahli dan peneliti untuk penentuan jenisnya.

“Kesempatan untuk menggeluti bidang taksonomi masih sangat terbuka lebar, khususnya bagi para peneliti muda, mahasiswa, maupun masyarakat ilmiah," kata dia.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Tarsius Togean, Tarsius Endemik ke-12 dari Sulawesi

Dari penemuan empat spesies terbaru kumbang ini juga, kata Pramesa, menjadi bukti adanya kesenjangan utama spesies Epholcis di wilayah Papua karena belum pernah ada laporan sebelumnya.

Hal ini dikarenakan pendeskripsian beberapa spesies Epholcis sebagai Maechidius masih kurang seksama. Selain itu, juga karena adanya kemiripan kedua kumbang tersebut dan kurangnya pengumpulan spesimen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com