KOMPAS.com - Serangga tengah berhadapan dengan krisis kepunahan di muka Bumi ini. Ancaman punah tersebut sekaligus peringatan bagi umat manusia, sebab hilangnya keberadaan mereka akan menjadi bencana besar.
"Krisis kepunahan serangga saat ini sangat mengakhawatirkan. Namun apa yang kita tahu hanyalah puncak gunung es," ungkap Pedro Cardoso, ahli biologi di Finnish Museum of Natural History dan peneliti dari studi ini.
Menurut Cardoso, aktivitas manusia bertanggung jawab atas hampir menurunnya semua populasi serangga.
Penggerak utamanya adalah habitat yang makin menipis dan rusak, diikuti oleh polutan seperti insektisida.
Baca juga: Krisis Iklim Bikin Serangga Penyerbuk di Ekosistem Indonesia Terancam
Selain itu, juga adanya eksploitasi berlebihan kian membuat populasi serangga menurun.
Kira-kira sekitar 2.000 spesies serangga adalah bagian dari makanan manusia. Lalu masih ada juga perubahan iklim yang berpengaruh pada serangga.
Masalahnya, penurunan populasi kupu-kupu, kumbang, lebah, jangkrik, serta serangga lainnya memiliki konsekuensi yang jauh melampaui dari kematian mereka sendiri.
"Banyak spesies serangga memiliki peran penting yang tak tergantikan, termasuk penyerbukan serta pengendalian hama," kata Cardoso, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (11/2/2020).
Berdasarkan panel ilmu keanekaragaman hayati PBB atau dikenal sebagai IPBES, tak sedikit nilai ekonomi yang akan terkena dampaknya.
Baca juga: Selain Semut Charlie Alias Tomcat, Inilah 7 Serangga Paling Berbahaya
Secara global, tanaman yang membutuhkan penyerbukan serangga memiliki nilai ekonomi setidaknya US$235-577 miliar per tahun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.