Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/02/2020, 17:30 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis


KOMPAS.comDemam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh empat jenis virus dengue.

Keempat jenis virus tersebut kerap disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Tiap jenis memiliki karakteristik dan pola penyebarannya tersendiri.

Virus inilah yang dibawa oleh vektor nyamuk Aedes aegepti. Nyamuk yang berasal dari Afrika ini sangat masif penyebarannya di negara-negara beriklim tropis. Alasannya adalah curah hujan yang tinggi merupakan lingkungan yang sangat mendukung nyamuk tersebut untuk berkembang biak.

Meski begitu, Aedes aegepti tak hanya hidup di musim hujan. Dr Tedjo Sasmono selaku Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology mengatakan bahwa vektor nyamuk tersebut selalu ada sepanjang tahun.

“Namun ketika musim hujan, populasinya akan meningkat. Ini karena genangan air merupakan habitat bagi mereka,” tutur Tedjo kepada Kompas.com, Kamis (6/2/2020).

Baca juga: Lupakan Sejenak Virus Corona, Demam Berdarah Menghantui Kita

Hal itu berbanding terbalik dengan nyamuk rumah alias Culex sp. Jenis nyamuk tersebut berkembangbiak pada musim panas.

“Meski begitu, saat musim kemarau Aedes aegepti tidak lantas mati. Populasinya masih ada meski jumlahnya sedikit. Ini merupakan salah satu faktor kasus DBD terus berulang,” tambah Tedjo.

Selaras dengan Tedjo, Ahli Parasitologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Saleha Sungkar DAP&E MS SpPark mengatakan bahwa kehadiran DBD memang bertepatan dengan musim hujan. Namun, hanya pada awal dan akhir musim hujan.

“Kalau musim hujan pertengahan yang hujannya intensitas besar, nyamuknya jadi hilang,” tutur Saleha kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Baca juga: 4 Jenis Virus Penyebab Demam Berdarah dan Karakteristiknya

Hal tersebut dikarenakan pada awal dan akhir musim hujan, intensitas hujan terbilang masih rendah. Genangan air yang dihasilkan berpotensi menjadi sarang Aedes aegepti. Tempat bertelur nyamuk tersebut juga semakin banyak.

“Kalau hujan kecil, wadah-wadah atau kontainer seperti cekungan di pohon, berbagai jenis daun misalnya daun pisang, semak belukar, talang rumah, ember, atau gelas yang tidak terpakai di tumpukan sampah berpotensi terisi air. Kemudian menggenang, nyamuk suka bersarang dan bertelur di sana,” paparnya.

Tak hanya DBD, penyakit cikungunya juga berpotensi merajalela karena virus dengue juga disebabkan oleh nyamuk Ae. Albopictus.

Negara kedua dengan Kasus DBD Terbanyak

“Dari hasil penelitian, Indonesia merupakan negara kedua dengan penderita DBD terbanyak di dunia setelah Brasil,” tutur Tedjo.

Epidemi dengue di Indonesia telah dimulai pada 1968, tepatnya di Jakarta dan Surabaya.

“Dulu kasusnya masih sedikit, namun sampai sekarang kasusnya sangat meningkat. Pada tahun 1968, prevalensi pasien yang terkena DBD masih 0,05 per 100.000 jiwa. Namun pada 2016, meningkat sangat pesat menjadi 86 per 100.000 jiwa,” paparnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com