Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memiliki Banyak Virus, Bagaimana Kelelawar Bisa Hidup Sangat Lama?

Kompas.com - 02/02/2020, 19:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Dalam makalah yang terbit tahun 2018 di Cell Host dan Microbe, para ilmuwan di China dan Singapura melaporkan penyelidikan mereka tentang bagaimana kelelawar menangani sesuatu yang disebut penginderaan DNA.

Tuntutan energi penerbangan begitu besar sehingga sel-sel di dalam tubuh terurai dan melepaskan serpihan DNA yang kemudian mengambang di tempat yang seharusnya.

Mamalia, termasuk kelelawar, memiliki cara untuk mengidentifikasi dan merespons potongan DNA semacam itu, yang mungkin mengindikasikan invasi organisme penyebab penyakit.

Namun pada kelelawar, ahli menemukan, evolusi telah melemahkan sistem itu, yang biasanya akan menyebabkan peradangan saat melawan virus.

Kelelawar telah kehilangan beberapa gen yang terlibat dalam respons itu, yang masuk akal karena peradangan itu sendiri dapat sangat merusak tubuh. Mereka memiliki respons yang melemah tetapi masih ada.

Dengan demikian, para peneliti menulis, tanggapan yang melemah ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan "keadaan seimbang 'tanggapan efektif' tetapi tidak 'tanggapan berlebihan' terhadap virus."

Cara mengelola dan mengandung wabah virus saat ini yang secara resmi dikenal sebagai 2019-nCoV, tentu saja, sangat penting sekarang.

Tapi melacak asal-usulnya dan mengambil tindakan untuk memerangi wabah lebih lanjut mungkin sebagian bergantung pada pengetahuan dan pemantauan kelelawar.

"Wabah dapat dikendalikan. Tetapi jika kita tidak tahu asal usulnya dalam jangka panjang maka virus ini dapat terus meluas," kata Dr. Daszak.

Para ilmuwan di China sudah mempelajari kelelawar dengan hati-hati, menyadari betul bahwa wabah seperti saat ini kemungkinan besar akan terjadi.

Kelelawar hidup di setiap benua kecuali Antartika, dekat dengan manusia dan peternakan. Kemampuan terbang membuat mereka sangat luas, yang membantu menyebarkan virus, dan kotorannya dapat menyebarkan penyakit.

Terlebih banyak orang di belahan dunia makan kelelawar yang diketahui merupakan sumber SARS dan diduga kuat sebagai sumber masalah wabah corona Wuhan.

Kelelawar juga sering hidup dalam koloni besar di gua-gua, di mana kondisi yang ramai ideal untuk saling menularkan virus.

Dalam laporan tahun 2017 di Nature, Dr. Daszak, Kevin J. Olival dan rekan-rekan lainnya dari EcoHealth Alliance, melaporkan bahwa mereka telah membuat database 754 spesies mamalia dan 586 spesies virus, dan menganalisis virus mana yang dilindungi oleh mamalia dan bagaimana mereka memengaruhi tuan rumah mereka.

Mereka membenarkan apa yang dipikirkan oleh para ilmuwan, yakni "Kelelawar adalah tuan rumah bagi proporsi zoonosis yang jauh lebih tinggi daripada semua ordo mamalia lainnya."

Baca juga: Update 2 Februari 2020: 14.380 Konfirmasi Virus Corona dan 304 Tewas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com