Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berhenti Merokok, Bisakah Paru-paru Kembali Seperti Semula? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 02/02/2020, 12:04 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Para perokok berat dan menahun masih dapat menurunkan risiko kanker paru secara signifikan jika berhenti merokok.

Hal itu diungkapkan oleh para ilmuwan dari Wellcome Sanger Institute dan University College London.

Mereka menemukan bahwa dibanding para perokok, mantan perokok memiliki kondisi paru yang lebih sehat. Sebagai organ vital, paru dari mantan perokok masih membuat sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak.

Sehingga, kemungkinan untuk mantan perokok mengidap kanker lebih sedikit dibanding mereka yang masih merokok.

“Mereka yang merokok berat selama 30 bahkan 40 tahun juga belum terlambat untuk berhenti merokok,” tutur Dr Peter Campbell selaku kepala penelitian, seperti dikutip dari The Independent, Minggu (2/2/2020).

Baca juga: Rokok Elektrik Bukan Alternatif Berhenti Merokok, Ini Penjelasan Ahli

Hal yang menarik dari studi ini adalah bagaimana paru bisa “terlahir kembali” usai rusak akibat merokok. Pemulihan ini bisa berlangsung hingga bertahun-tahun, namun dampaknya positif.

Studi yang dimuat dalam jurnal Nature ini dilakukan lewat biopsy pada 16 responden untuk menganalisa kondisi paru. Para responden tersebut terdiri dari perokok, mantan perokok, mereka yang tidak pernah merokok, dan anak-anak.

Hasilnya menunjukkan bahwa 9 dari 10 sel paru pada perokok memiliki sampai 10.000 mutasi genetik tambahan dari zat kimia. Lebih dari seperempat dari total mutasi genetik itu berpotensi menjadi kanker.

Namun pada mantan perokok, ilmuwan menemukan bahwa terdapat “sekelompok sel” yang “kabur” dari mutasi genetik di masa lalu.

Baca juga: Selain Buruk untuk Kesehatan, Puntung Rokok Sumbang Sampah Terbanyak di Dunia

Meski begitu, pada beberapa kasus, ilmuwan memperingatkan adanya kerusakan permanen pada bagian dalam paru yang tidak bisa dihilangkan.

“Penelitian lanjut dengan jumlah responden yang lebih banyak dibutuhkan untuk mengetahui potensi kanker dari sel-sel paru yang rusak,” tutur Dr Kate Gowers, ilmuwan dari University College London.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com