Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sel Lemak Tikus Ungkap Efek Cahaya pada Kesehatan Tubuh, Ahli Jelaskan

Kompas.com - 29/01/2020, 18:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Sci-News


KOMPAS.com - Penelitian terhadap sel lemak tikus, menunjukkan sensitivitas sel tersebut terhadap paparan cahaya dan dampaknya pada kesehatan tubuh.

Melansir Sci News, Rabu (29/1/2020), paparan cahaya mengatur dua jenis sel lemak (adipocytes) bekerja bersama memproduksi bahan mentah yang digunakan seluruh sel untuk energi.

"Tubuh manusia berevolusi selama bertahun-tahun di bawah sinar matahari, termasuk mengembangkan gen penginderaan cahaya yang disebut opsins," kata Dr Richard Lang, ahli biologi perkembangan di University of Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat.

Baca juga: Menurut Riset, Paparan Polusi Cahaya Malam Hari Picu Obesitas dan Kanker

Akan tetapi, kata Dr. Lang, saat ini setiap hari manusia hidup dengan begitu banyak cahaya buatan di sekitarnya.

Cahaya tersebut tidak menyediakan spektrum cahaya yang penuh seperti yang dipancarkan Matahari.

"Studi ini mewakili perubahan signifikan dalam cara kita (manusia) melihat efek cahaya terhadap tubuh," sambung Dr. Lang.

Dalam penelitian tersebut, Dr. Lang dan rekannya mempelajari bagaimana tikus merespons, ketika terkena suhu dingin, sekitar 4,2 derajat Celcius.

Baca juga: Cahaya Sian Pada Layar Gadget Picu Kita Susah Tidur

Seperti halnya manusia, tikus menggunakan respons menggigil dan pembakaran lemak internal untuk menghangatkan diri.

Analisis mendalam mengungkapkan, adanya proses pemanasan internal terganggu dengan tidak adanya gen encephalopsin (OPN3) dan paparan khusus untuk panjang gelombang cahaya biru 480 nm.

Panjang gelombang tersebut adalah bagian alami dari sinar matahari, tetapi hanya terjadi pada level rendah disebagian cahata buatan.

Ketika paparan cahaya terjadi, OPN3 mendorong sel-sel lemak putih untuk melepaskan asam lemak ke dalam aliran darah.

Berbagai jenis sel dapat menggunakan asam lemak ini sebagai energi untuk memicu aktivitas mereka.

Akan tetapi pada lemak coklat, benar-benar membakar asam lemak dalam proses oksidasi untuk menghasilkan panas yang akan menghangatkan tubuh tikus yang dingin.

Ketika tikus dibiakkan di tempat yang kekurangan gen OPN3, mereka gagal untuk menghangatkan diri. Tidak seperti pada tikus lain yang ditempatkan di kondisi dingin.

Data ini mendorong peneliti untuk menyimpulkan, sinar matahari diperlukan untuk metabolisme energi normal, setidaknya pada tikus.

Halaman:
Sumber Sci-News
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com