Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Tak Layak Huni Jadi Faktor Risiko Utama Tuberkulosis di Garut

Kompas.com - 29/01/2020, 07:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kabupaten Garut menjadi salah satu daerah dengan angka kemiskinan yang tinggi di Jawa Barat. Banyak pemukiman padat dan kumuh yang terbuat dari bilik bambu.

Data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk di Kabupaten Garut ada 2,7 juta jiwa. Pada 2017, angka kemiskinannya mencapai 289.520 jiwa.

Bupati Kebupaten Garut Rudy Gunawan mengatakan, dengan jumlah penduduk sebanyak itu, ada banyak kendala yang harus dihadapi.

Hampir 15 tahun atau sejak tahun 2000 hingga 2014, Garut termasuk daerah tertinggal dan baru lepas dari status itu sejak 2015.

"Kami dihadapkan dengan persoalan rumah layak huni, yaitu adalah rumah yang tidak ada ventilasi udara dan MCK (mandi, cuci, kakus)," kata Rudy.

Baca juga: Studi Temukan Jumlah Pohon yang Harus Ditanam Agar Kota Layak Huni

Hingga saat ini, ada sekitar 70.000 rumah yang tidak layak huni dan sebagian besarnya terbuat dari bilik bambu. Kondisi ini membuat cahaya matahari sulit masuk rumah.

Tidak hanya itu, kata Rudy, banyak pula rumah yang sudah berusia lanjut, banyak bakteri yang dihirup setiap hari oleh penghuninya yang dapat menimbulkan penyakit seperti tuberkulosis (TB).

Masih menurut Rudy, TB menjadi salah satu penyakit yang difokuskan dalam penanganannya di kabupaten Garut, selain stunting serta penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Menggunakan dana APBD, dalam rencana penyusunan jangka panjang daerah, Garut menargetkan geraskan besar dalam aspek kesehatan.

"Pakai APBD, di dalam RPJB kami ada gerakan besar, di antaranya adalah meniadakan TB dan stunting," ujarnya.

Dengan menggandeng berbagai komunitas, kata Rudy, pelayanan, penanganan dan pendampingan kepada pasien TB diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien penderita TB di Kabupaten Garut.

Sejauh ini, terduga kasus yang ditemukan di Garut mencapai 17.700, yang telah diperiksa ada 17.358, jumlah pasien yang didiagnosis dan diobati sekitar 4.788 orang.

Baca juga: Perangi TBC Anak, Obat Anti-Resisten Tuberkulosis Harganya Selangit

Pada kesempatan yang sama juga, Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung, drg Maya Marinda Montain, M.Kes menegaskan bahwa bukan hanya rumah dari bilik bambu saja yang berisiko terhadap penyakit tuberkulosis atau yang akrab disebut TBC ini.

Lingkungan yang kumuh, padat, dan tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup, sangat rentan terhadap risiko organisme jahat yang tumbuh di rumah dan pemukiman tersebut.

Oleh sebab itu, belajar dari yang terjadi di Kabupaten Garut ini, diharapkan daerah lainnya juga ikut waspada dari ragam penyakit di lingkungan berisiko penyakit.

TBC hanyalah menjadi salah salah satu penyakit menular, yang merugikan diri sendiri jika tidak segera ditangani. Penularan dengan orang terdekat atau orang yang tinggal serumah sangat mungkin terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com