Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Keanekaragaman Hayati Ada Sejak Jutaan Tahun Lalu, Penyebabnya Manusia

Kompas.com - 29/01/2020, 07:03 WIB
Monika Novena,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Sumber eurekalert

KOMPAS.com - Krisis keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung bukanlah fenomena baru. Sebuah studi menunjukkan bahwa krisis tersebut telah terjadi sejak jutaan tahun lalu, jauh lebih awal dari yang diyakini para ahli.

Tim peneliti internasional mengungkapkan kalau berkurangnya keanekaragaman hayati itu disebabkan oleh nenek moyang manusia.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Ecology Letters menyebut kepunahan yang sering dijelaskan sebagai hasil dari perubahan iklim bukanlah penyebab utama. Para ilmuwan mencatat eksistensi leluhur manusia di Afrika Timur jutaan tahun menyebabkan banyak kepunahan keanekaragaman hayati.

Baca juga: WWF: Keanekaragaman Hayati Hilang Besar-besaran karena Ulah Manusia

"Analisis menunjukkan bahwa penjelasan terbaik untuk kepunahan karnivora di Afrika Timur disebabkan adanya persaingan untuk mendapatkan makanan dengan leluhur kita yang sudah punah," jelas Søren Faurby, peneliti di Universitas Gothenburg seperti dikutip dari Eureka Alert, Selasa (28/1/2020).

Temuan tersebut berdasarkan penyelidikan yang dilakukan pada fosil-fosil di Afrika. Tim melihat adanya pengurangan karnivora dalam jumlah besar yang dimulai sekitar 4 juta tahun lalu.

Menurut Lars Werdelin, penulis lain dalam studi ini, nenek moyang kita saat itu menggunakan metode baru untuk mendapatkan sumber makanan yakni "kleptoparasitisme".

Kleptoparasitisme berarti mencuri hewan yang baru saja dibunuh oleh pemangsa lain. Misal, mencuri mangsa dari singa atau cheetah.

Baca juga: Ratusan Bangkai Rusa di Norwegia Picu Keanekaragaman Hayati, Kok Bisa?

Nah, berdasarkan bukti fosil, praktik tersebut menyebabkan pemangsa menjadi kelaparan dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengalami kepunahan.

"Ini mungkin alasan mengapa sebagian besar karnivora besar di Afrika telah mengembangkan strategi mempertahankan mangsa mereka. Ambil contoh dengan apa yang dilakukan macan tutul yang membawa mangsanya ke pohon atau perilaku singa bekerja sama untuk mempertahankan mangsanya," tambah Faurby.

Temuan ini mengungkapkan bagaimana manusia mempengaruhi dunia serta spesies yang hidup di dalamnya, jauh lebih lama dari yang kita perkirakan sendiri.

Sekarang, saat kita sudah bisa memahami efeknya, waktunya mengubah perilaku untuk masa depan yang berkelanjutan. Saatnya berkontribusi untuk eksistensi keanekaragaman hayati, termasuk di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber eurekalert
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com