Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Flu Memburuk, Ilmuwan Kembangkan Vaksin Flu Universal

Kompas.com - 20/01/2020, 20:03 WIB
Amalia Zhahrina,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Setiap tahun, ratusan ribu orang di dunia meninggal karena terserang influenza dari subtipe yang berbeda. Bahkan, musim influenza pada tahun 2017-2018 telah membuat rekor jumlah kematian di Amerika.

Oleh karena itu, setiap dua kali dalam setahun, para peneliti akan mengambil keputusan untuk memilih jenis influenza yang akan dimasukkan ke dalam sebuah vaksin flu.

Tentu ini merupakan keputusan yang sulit, karena terkadang keputusan yang diambil tidak sesuai harapan. Contohnya, pada tahun 2014, hanya 19 vaksin flu yang terbilang efektif, walaupun setahun sebelumnya terbukti efektif 52 persen.

Dilansir dari BigThink (13/01/2020), vaksin merupakan produk yang ditingkatkan oleh profesional medis. 

Baca juga: Serba-serbi Vaksin Flu, dari Jenis sampai Efek Sampingnya

Tahun lalu, para peneliti di Universitas Negeri Georgia dan Universitas Emory melakukan terobosan baru dengan mengotak-atik obat influenza lama yang dapat menyembuhkan virus pada seekor musang. Tetapi, pengujian pada manusia belum dilakukan.

Sedangkan, sebuah studi baru yang dilakukan di Institute for Biomedical Sciences di Georgia State University berhasil menghasilkan langkah besar yaitu mengembangkan vaksin flu secara universal.

Namun, bisakah vaksin flu universal menggantikan vaksin flu musiman?

Para peneliti di Georgia State University menciptakan vaksin nanopartikel baru dengan menggabungkan sepasang protein influenza, yaitu protein matriks 2 ectodomain (M2e) dan neuraminidase (NA). Tikus yang diimunisasi dengan vaksinasi ini menerima perlindungan jangka panjang terhadap influenza.

Menurut penulis pertama studi tersebut, Ye Wang, pendekatan ini mungkin membantu dalam pengembangan vaksin universal.

Baca juga: Tak Vaksin Influenza saat Traveling, Ini Konsekuensinya...

"Kombinasi antigen partikel nano ini memberikan tikus dengan perlindungan silang yang kuat. Ini dapat melindungi tikus dari berbagai jenis virus influenza. Setiap musim, kami memiliki jenis flu yang berbeda yang mempengaruhi kami. Dengan menggunakan pendekatan ini, kami berharap vaksin nanopartikel ini dapat melindungi manusia dari berbagai strain virus influenza," ujar Ye Wang.

Rekan penulis, Gilbert Gonzalez menyatakan bahwa vaksin flu sebelumnya tidak berfokus pada NA sehingga tidak menimbulkan kemanjuran seperti vaksin baru ini.

"NA menjadi antigen yang lebih penting untuk penelitian vaksin influenza. Sebelumnya, telah diabaikan atau diabaikan karena hemagglutinin (HA) jauh lebih dominan. Ketika Anda mendapatkan infeksi flu, tubuh Anda bereaksi terhadap HA," ujar Gonzalez.

Flu memang tidak mempengaruhi populasi besar. Namun, setiap tahunnya menyebabkan kerusakan besar, khususnya bagi para manula dan anak-anak.

Ilustrasi flu Ilustrasi flu

Pekan lalu, seorang gadis berusia empat tahun di Iowa menjadi buta setelah memerangi flu tahun ini. Sementara itu, dua anak Nebraska dan dua anak di Michigan dilaporkan telah meninggal karena flu musim ini.

Kabar baiknya, 19 studi yang terkontrol telah menghasilkan sebuah meta-analisis baru, bahwa wanita hamil yang menerima vaksin flu membantu melindungi bayi mereka.

Vaksinasi sangat penting mengingat para ahli memperkirakan 2020 menjadi tahun yang sangat buruk. Di Erie County, New York, sudah ada lebih dari 700 kasus flu yang dilaporkan tahun ini, yang mengakibatkan setidaknya satu kematian anak.

Baca juga: Siapa Saja yang Perlu Vaksinasi Influenza? Ahli Memaparkan

Pada titik ini tahun lalu hanya ada 100 kasus. Enam belas orang telah meninggal musim ini di Minnesota, menggandakan jumlah kematian sejak 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com