Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Keraton Agung Sejagat, Sejarawan Bantah Klaim Penerus Majapahit

Kompas.com - 16/01/2020, 07:06 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Munculnya deklarasi Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah membuat geger masyarakat.

Bahkan, kemunculan kerajaan ini menjadi topik hangat dan terpopuler di jajaran media sosial.

Toto Santoso Hadiningrat dan Fanni Aminadia alias Dyah Gitarja mendeklarasikan diri sebagai raja dan ratu Keraton Agung Sejagat.

Kerajaan ini juga mengklaim sebagai penerus Kerajaan Majapahit dan memiliki lebih dari 400 pengikut. Semakin terdengar luar biasa, ketika Pentagon diklaim sebagai milik Keraton Agung Sejagat.

Baca juga: Mengapa Keraton Agung Sejagat Muncul di Purworejo?

Menurut sejarawan Universitas Indonesia Bondan Kanumoyoso, Kerajaan Majapahit sudah berakhir di awal abad ke 15.

"Akhir dari Majapahit berdasarkan sirna ilang kertaning bumi, diartikan kerajaan ini berakhir sekitar 1400 masehi," ungkap Bondan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/1/2020).

Bondan menegaskan klaim tersebut ahistoris, atau berlawanan dengan sejarah yang ada.

Menyimpang dari sejarah Majapahit

Sebab, klaim yang dideklarasikan Toto dan para pengikutnya tidak didukung dengan sumber atau bukti sejarah yang ada.

"Bagaimana bisa menelusuri periode yang panjangnya 600 tahun itu, untuk kemudian muncul di abad 21," kata Bondan.

Baca juga: Ini Penampakan dalam Keraton Agung Sejagat, Ada Singgasana hingga Lambang Nazi

Klaim-klaim tentang kerajaan, kata Bondan, memang umumnya merujuk pada kerajaan-kerajaan besar. Akan tetapi, hal itu harus didukung dengan bukti-bukti sejarah yang kuat.

"Harus didukung bukti-bukti mungkin dokumen, benda-benda pusaka, atau berupa bukti genealogi," jelasnya.

Masih menurut Bondan, berdasarkan perspektif ilmu sejarah, klaim Keraton Agung Sejagat sangat jauh dari sejarah kerajaan besar yang didirikan Raden Wijaya itu.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha, kata dia, merupakan satu periode tersendiri dalam sejarah Indonesia.

Sementara, berakhirnya masa hindu budha ditandai dengan masuknya pengaruh islam.

"Jadi bisa dikatakan di Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pengaruh Hindu-Budha dalam kehidupan sosial, politik dan budaya itu mulai digantikan oleh islam," sambung Bondan.

Apabila masa kerajaan tersebut berlanjut, imbuh Bondan, maka hal yang memungkinkan dengan adanya bukti genealogi.

Baca juga: Pengukuhan Raja Keraton Agung Sejagat Dilakukan di Dieng Saat Musim Embun Es

Artinya, ada keturunan Kerajaan Majapahit yang berlanjut ke kerajaan Islam, setelah masa kejayaan kerajaan ini runtuh.

"Namun itu tetap harus dibuktikan, apakah kemudian kerajaan Demak itu termasuk dari Majapahit atau tidak," imbuhnya.

Sebab, Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak sering disebut sebagai keturunan Majapahit. Namun, hingga saat ini belum ada buktinya.

"Hanya klaim-klaim saja dalam naskah historiografi tradisional. Namun yang jelas, kerajaan hindu buddha dan islam, coraknya sudah sangat berbeda," jelas Bondan.

Baca juga: Kisah Keraton Agung Sejagat, Saat Ratu dan Rajanya Jadi Tahanan Polda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com