Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Baru Muncul Tiap Tahun, Berpotensi Jadi Penyakit Kritis

Kompas.com - 13/01/2020, 19:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semua jenis penyakit, baik menular ataupun tidak menular, berpotensi menjadi penyakit kritis.

Hal tersebut dikemukakan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Laurentius Aswin Pramono SpPD MEpid. Ia menyebutkan, para ahli memperkirakan lima penyakit baru pada manusia muncul setiap tahun. Tiga di antaranya bersumber dari binatang, serta bisa menyebabkan kondisi kritis pada pasien tersebut.

"Penyakit kritis dapat menyerang siapa saja dan sebaiknya masyarakat tidak terpaku hanya menghindari suatu penyakit tertentu," ujar Aswin dalam acara bertajuk "PRUTotal Critical Protection dan Syariah: Produk Inovatif untuk Perlindungan Kondisi Kritis tanpa Batasan Jumlah Penyakit", Jakarta, Senin (13/1/2020).

Secara global, Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO) mengkategorikan permasalahan kesehatan mencapai 68.000 jenis. Sebanyak 6.172 jenis merupakan penyakit langka.

Namun, semua jenis penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular dari keseluruhan kategori penyakit oleh WHO tersebut, berisiko menjadi penyakit kritis.

Baca juga: Banjir Jakarta, Waspada 7 Penyakit Ini Menyerang Manusia

Indonesia tak lepas dari bahaya kesehatan tersebut. Oleh karena itu, menurut Aswin, kita harus siaga terhadap kemunculan penyakit-penyakit baru yang bisa jadi belum ditemukan tatalaksana dan terapinya.

Berbagai permasalahan kesehatan itu dapat terus bertambah akibat banyak faktor. Seperti gaya hidup, jarang berolahraga, aktivitas yang kurang, hingga pengaruh globalisasi hingga perubahan iklim.

Antisipasi dan dampak penyakit kritis

Masyarakat perlu mengantisipasi ancaman penyakit kritis ini dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih baik.

"Sadari bahwa kesehatan itu mahal, tapi investasi untuk hidup sehat itu pilihan terbaik," ujarnya.

Penyakit kritis dapat berimplikasi pada aspek psikologis, sosial, hingga finansial yang dapat menggoyahkan stabilitas ekonomi dan masa depan keluarga.

Lebih lanjut, kata Aswin, penyakit kritis tidak hanya menimbulkan beban keluarga berupa biaya pengobatan di rumah sakit, namun juga biaya hidup sehari-hari selama sakit.

Baca juga: Sel Punca, Jawaban untuk Pengobatan Penyakit Degeneratif Pada Lansia

Sebagai contoh, kata Aswin, suatu penelitian menyebutkan bahwa 83 persen pasien multidrug-resistant tubercolosis dari berbagai pusat kesehatan di Indonesia mengalami dampak katastropik terhadap keuangan rumah tangga akibat penyakitnya.

Dalam rentang waktu enam bulan setelah diagnosis, 86 persen pasien kehilangan pendapatan atau nafkah dari pekerjaannya. Sebanyak 32 persen harus meminjam uang, dan 18 persen dari mereka mengakui harus menjual properti atau aset untuk menutupi pengeluaran berobat.

"Bayangkan ini, kalau kita sakit itu bukan cuma biaya untuk terapi atau obat saja, tapi juga biaya kehidupan dan risiko kehilangan pekerjaan bisa saja terjadi," tuturnya.

Ilustrasi sakit kepalashutterstock Ilustrasi sakit kepala
Maka, ditegaskan oleh Aswin, penting sekali untuk mempersiapkan dan melakukan antisipasi seperti dengan investasi berupa ansuransi kesehatan.

Setidaknya, hal ini akan meminimalisikan dampak terburuk dari sosial, finansial, dan fisik ketika Anda tidak dapat menghindari penyakit kritis yang terjadi tanpa diketahui secara pasti.

Menjawab kekhawatiran tersebut, Head of Product Development Prudential Indonesia mengatakan bahwa saat ini asuransi kondisi kritis memang banyak terbaca pada diagnosis jenis penyakit saja.

Namun, asuransi belum memberikan perlindungan dalam aspek sosial, finansial dan fisik ketika orang tersebut mengalami penyakit kritis dan menyebabkan tidak dapat bekerja alias kehilangan pekerjaannya. Serta perlindungan saat melakukan perawatan penyakitnya.

Oleh sebab itu, konsep baru PRUtop telah dikeluarkan pihaknya, dengan tujuan untuk perlindungan kondisi kritis yang berfokus pada perawatan, tindakan, atau ketidakmampuan permanen yang terjadi pada pasiean akibat penyakit kritis yang dialami.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com