Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Sinkhole di Gunungkidul, Pakar: Perlu Pemetaan Goa Bawah Tanah

Kompas.com - 06/01/2020, 20:25 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena sinkhole (lubang besar di tanah) baru-baru ini terjadi lagi di Kabupaten Gunungkidul. Ini bukanlah kali pertama sinkhole terbentuk di kabupaten pesisir DI Yogyakarta tersebut.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, sejak 2017 sudah terbentuk 32 sinkhole yang tersebar di Kecamatan Semanu, Rongkop, Ponjong, Girisubo, Purwosari, Tanjungsari, dan Paliyan. Semua sinkhole tercatat terbentuk di lahan pertanian.

Pakar hidrogeologi di Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Adrin Tohari M.Eng. mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh topografi Kabupaten Gunungkidul yang terbentuk dari karst (batuan kapur).

“Secara geologis, Gunungkidul memang terbentuk oleh batuan kapur. Batuan kapur memiliki ciri rongganya banyak, sehingga jika air masuk, melarutkan material batu kapur sehingga rongganya semakin besar,” tutur Adrin kepada Kompas.com, Senin (6/1/2020).

Baca juga: Fenomena Sinkhole di Gunungkidul, Ini Penjelasan Pakar LIPI

Ketika rongga kapur di bawah tanah semakin besar, lanjut Adrin, maka akan terbentuk goa bawah tanah sehingga permukaan tanah akan tersedot ke bawah.

“Maka terbentuklah sinkhole. Ada yang diameternya kecil seperti sumur, ada yang ratusan meter, tergantung dari ukuran goa bawah tanah,” tambahnya.

Perlu pemetaan goa bawah tanah

Adrin menyebutkan, keberadaan dan potensi sinkhole di Gunungkidul bisa membahayakan bagi warga dan pengunjung.

“Ini (sinkhole) perlu diwaspadai oleh masyarakat. Harus disosialisasikan terutama sat musim hujan,” tuturnya.

Namun sebelum sosialisasi, hal pertama yang harus dilakukan oleh instansi terkait menurut Adrin adalah pemetaan goa bawah tanah.

“Sejauh ini belum ada pemetaan secara detail. Harus dipetakan dulu, daerah-daerah yang sudah terjadi sinkhole. Kemudian dipetakan goa bawah tanah sehingga terlihat daerah potensi terbentuknya sinkhole,” paparnya.

Sujoko warga Padukuhan Dadapan, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, menyaksikan Fenomena Sinkhole di Ladangnya Junat (1/2/2019) KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Sujoko warga Padukuhan Dadapan, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, menyaksikan Fenomena Sinkhole di Ladangnya Junat (1/2/2019)

Adrin menuturkan banyak metode seperti geofisika dan georadar untuk melakukan pemetaan goa bawah tanah tersebut. Pemetaan tersebut, lanjut ia, dibuat untuk mengetahui zona ancaman dan daerah larangan.

“Zona ancaman harus dipetakan supaya masyarakat lebih aware. Kalau tidak begitu, kapanpun ada risiko di situ (terjadinya sinkhole). Apalagi untuk masyarakat yang bertani,” lanjutnya.

Usai dilakukan pemetaan goa bawah tanah, Adrin menyebutkan hal lain yang harus dilakukan adalah edukasi dan sosialisasi untuk masyarakat.

“Ada daerah-daerah yang menjadi lahan terbatas, tidak boleh dilakukan aktivitas pertanian agar tidak berpotensi sinkhole. Atau boleh dijadikan lahan pertanian di musim panas, namun tidak boleh digunakan saat musim hujan,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com