KOMPAS.com - Ribuan kejadian gempa terjadi di Indonesia pada tahun 2019. Setidaknya ada 17 kejadian gempa bumi yang paling merusak.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Prof Dwikorita Karnawati MSc PhD mengatakan, potensi bencana itu terjadi karena Indonesia menjadi tempat pertemuan lempeng tektonik benua besar.
Lempeng yang dimaksudkan tersebut yaitu, lempeng Eurasia, Australia, dan lempeng Pasifik, sehingga menjadi jalur sabuk gung api akibat penunjaman lempeng tektonik tersebut.
Dijelaskan Dwikorita, frekuensi gempabumi hingga 26 Desember 2019, dari catatan BMKG didapatkan angka gempa yang terjadi yaitu 11.573 kejadian di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Sepanjang 2019, Indonesia Mengalami 11.573 Gempa Tektonik
"Di antara gempa tersebut, 17 gempa menyebabkan korban jiwa dan kerusakan," kata dia.
Sementara terdapat 344 gempa berkekuatan lebih dari 5 Magnitudo, dan sebanyak 1.107 gempa yang dirasakan getarannya oleh masyarakat.
Berikut Gempabumi yang merusak pada tahun 2019:
Selain itu juga, sepanjang tahun 2019, telah terjadi empat kejadian gempabumi berpotensi tsunami:
Dari gempabumi yang terjadi sepanjang tahun 2019, menurut BMKG ada pelajaran yang bisa kita ambil terkait potensi gempa yang bisa terjadi di kawasan jauh dari zona subduksi dan memilah strategi mitigasi yang efektif untuk hal itu.
Baca juga: Gempa Guncang Tolitoli dan Buol, Tidak Berpotensi Tsunami
Berikut strategi mitigasi berbasis pembelajaran gempa terdahulu dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh BMKG.
1. Penerapan Building code
Gempa yang terjadi di Pandeglang, Banten pada 2 Agustus yang lalu, menjadi alarm kuat bahwa Jakarta atau wilayah lain yang jauh dari zona subduksi, juga memiliki ancaman gempa.
Rekomendasi ke depan adalah penerapan Building code, menjadi penting untuk segera diimplementasikan di seluruh wilayah Indonesia.
Building code merupakan sebuah perangkat aturan mengenai desain, kontruksi dan cara pemeliharaan bangunan yang sesuai dengan karakteristik kawasannya.
Selain soal teknis, building code juga mengatur soal standar kesehatan, kenyamanan, dan keamanan untuk penghuninya
2. Riset terpadu K/L dan sinergi antara pusat-daerah
Dari peristiwa gempa Ambon yang terjadi dua kali di tahun 2019, memberikan pembelajaran bahwa masih banyak sesar aktif yang belum terpetakan.
Selain itu, minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan atau keterampilan dasar antisipasi gempa, sehingga mudah termakan isu.
Rekomendasi dari peristiwa itu, adalah riset terpadu K/L terkait dan sinergi antara pusat-daerah dengan komitemen yang tinggi perlu dilakukan, untuk dapat membuat kajian detil kerawanan setiap daerah.
3. Inklusif edukasi
Inklusif edukasi ini dianggap perlu dijadikan program prioritas bagi pemerintah pusat dan daerah. Dengan tujuan utama dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan berjalan berkesinambungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.