Tetapi AS tetap mengecam tes dan NASA menyatakan telah melacak sekitar 50 serpihan dari tes yang dilakukan lebih tiga bulan setelahnya tersebut.
"Apakah tindakan China lebih satu dekade lalu yang lebih buruk secara teknis, atau India yang menghasilkan serpihan baru-baru ini dan seharusnya mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi semua orang, masalah bukanlah itu," kata Christopher D Johnson, penasehat hukum luar angkasa Secure World Foundation, AS kepada BBC News.
"Kita seharusnya belajar dari peristiwa yang terjadi sebelumnya dan menyadari bahwa tidak ada alasan yang dapat diterima terkait dengan serpihan sampah luar angkasa, yang mengancam kemungkinan setiap orang untuk dapat menggunakan luar angkasa."
Apa yang harus dilakukan?
Orbit Bumi semakin sesak, ribuan satelit dioperasikan dan masih banyak peluncuran akan dilakukan sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.
Baca juga: Inilah 5 Peristiwa Penting Astronomi yang akan Terjadi Pada 2020
Tetapi tidak terdapat aturan yang melarang tes anti-satelit.
Beberapa negara dan sejumlah perusahaan swasta, menguji cara baru untuk mengatasi sampah luar angkasa, mulai dari pemakaian harpun, magnet raksasa sampai ke jaring.
Tahun 2025, European Space Agency/Badan Luar Angkasa Eropa akan meluncurkan misi luar angkasa pertama untuk memungut sampah dari orbit Bumi.
Tetapi NASA menyatakan membersihkan lingkungan luar angkasa tetap merupakan sebuah "tantangan teknis dan ekonomi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.