Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sel Punca, Jawaban untuk Pengobatan Penyakit Degeneratif Pada Lansia

Kompas.com - 29/12/2019, 10:15 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibanding tidak produktif, maka prevalensi penyakit degeneratif juga ikut meningkat.

Penyakit degeneratif umumnya disebabkan oleh proses penuaan.

Penyakit ini mengakibatkan kondisi kesehatan organ atau jaringan terkait mengalami penurunan seiring waktu. Ironisnya, ada beberapa penyakit degeneratif yang bersifat kronik dan progesif.

Dijelaskan oleh Praktisi Medis sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, selama ini terapi pasien penyakit degeneratif umumnya hanya mengurangi gejala.

Baca juga: 9 Perawatan dan Penanganan Kulit untuk Lansia agar Tetap Sehat

Padahal, terapi yang dibutuhkan pasien penyakit degeneratif bukan cuma untuk mengurangu gejala. Namun lebih jauh, untuk menghentikan proses degeneratif itu sendiri.

Selain penyakit degeneratif, kondisi lain seperti trauma, autoimun, keganasan dan lain sebagainya juga banyak yang bersifat terminal atau tidak lagi memberikan respon dengan pengobatan konvensional (end stage). Hingga saat ini pun belum ditemukan obat maupun cara pengobatannya.

Sebagai solusi atas permasalahan ini, Ari mengatakan bahwa sel punca dapat dijadikan terobosan terbaru dalam mengobati berbagai penyakit kronis.

Apa itu sel punca?

Sel punca atau stem cell adalah sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel spesifik guna membentuk berbagai jaringan tubuh.

Sel ini mampu berubah menjadi berbagai jenis sel matang yang khas (diferrentiate), mampu beregenerasi sendiri (self-regeneration), dan pada dasarnya merupakan blok pembangun (building block) pada tubuh manusia.

Dalam berbagai jaringan, sel punca juga dapat bertindak layaknya sistem perbaikan internal (internal repair system).

Ketika sel punca membelah, masing-masing sel baru memiliki potensi tetap sebagai sel yang sama atau menjadi sel jenis lain dengan fungsi yang spesifik, seperti tulang, sel otot, sel saraf, sel darah merah, atau sel otak.

"Karena sifat tersebut, sel punca diyakini dapat digunakan untuk mengisi dan memperbaharui sel jaringan yang rusak akibat berbagai penyakit," ujar Ari.

Selain sel punca itu sendiri, produk metabolitnya juga memiliki kandungan berbagai faktor pertumbuhan untuk menunjang regenerasi jaringan dan fungsi organ.

Melihat potensi yang positif bagi kesehatan, maka sel punca dan produk metabolitnya memiliki peran sangat penting dan menjanjikan pada bidang kesehatan di masa depan.

Baca juga: Indonesia Potensial untuk Tujuan Wisata Kesehatan lewat Produksi Sel Punca

Untuk mengatasi hal tersebut, tim peneliti sel punca dari Klaster Stem Cell and Tissue Engineering IMERI-FKUI, Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran (UPTTK) Sel Punca RSCM, dan bekerjasama PT Kimia Farma (persero), akan mendirikan Pusat Produksi Sel Punca dan Produk Metabolit Nasional (PPSPPMN).

Dengan tujuan sebagai solusi atas kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap aplikasi dan pengobatan dengan sel punca dan produk metabolitnya," ujar dia.

Selain itu, RSCM sebagai pemilik fasilitas juga telah mendapatkan izin produksi dari BPOM.

PPSPPMN ini diharapkan mampu memproduksi berbagai jenis sel punca, baik autogenik maupun autologus, serta produk metabolit sel punca yang teregistrasi dan dapat diproduksi secara massal serta dikomersialisasikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com